Pedagang beras di Pasar Kranggan. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Masalah beras ini disebut Ibrahim, terjadi karena price maker atau price determination atau penentuan harga tidak terjadi di DIY, namun di Pasar Cipinang Jakarta, sebagai konsentrasi pasar beras nasional. "Meski pasokan kita besar, artinya relatif dengan jumlah penduduk ya, kita gak bisa mempengaruhi harga. Jogja penduduknya di bawah 5 juta. Kalau dibandingkan Jateng sudah beda jauh. Mungkin Jateng pembentukan harganya lebih kuat, kita ngikut ke Jateng," ungkap Ibrahim.
DIY diibaratkan Ibrahim sebagai pemain kecil, meski punya pasokan lebih, tapi untuk penentuan harga tidak bisa dilakukan. "Yang terpenting menurutnya pasokan beras ada, serta tetap terjangkau. Oleh karena itu dipastikan penerima manfaat dari Operasi Pasar, Gerakan Pangan Murah, SPHP itu target yang membutuhkan. Bukan masyarakat yang mampu atau ASN," kata Ibrahim.