Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Foto: Humas UNY

Slaman, IDN Times - Energi surya merupakan salah satu alternatif sumber energi terbarukan yang sangat menjanjikan dalam memenuhi kebutuhan energi. Akan tetapi, sampai dengan saat ini pemanfaatan energi surya belum dilakukan secara optimal.

Prof. Dr. Ariswan, Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta mengungkapkan, di Indonesia, sebagian besar masyarakat memanfaatkan energi surya baru sebatas manfaat alamiahnya. Bahkan tidak sedikit dari masyarakat berpandangan bahwa sinar matahari, cenderung merugikan karena harus menggunakan protektor untuk melindungi sengatannya. Untuk itu, perlu pencerahan pada masyarakat tentang pentingnya energi listrik melalui tenaga surya.

1. Peningkatan energi listrik melalui rekayasa material semikonduktor berbasis Chalcogenide

Foto: Humas UNY

Ariswan mengatakan, peningkatan produksi listrik sebenarnya bisa dilakukan melalui rekayasa material semikonduktor berbasis chalcogenide sebagai bahan utama sel surya. Rekayasa yang dimaksud adalah rekayasa struktur dan sifat-sifat optik material sehingga mampu menghasilkan efisiensi konversi teoretik maksimumnya.

"Bahkan melalui rekayasa sistem preparasi dengan peralatan modern mampu menghasikan sistem material dengan kemampuan mengkonversi energi surya menjadi energi listrik dengan efisiensi konversi melebihi efisiensi konversi teoretik maksimumnya, " ungkapnya dalam pidato pengukuhannya pada Sabtu (28/12).

2. Material semikonduktor bisa dengan cepat diterapkan

Foto: Humas UNY

Menurutnya, di era teknologi modern seperti saat ini, material semikonduktor menjadi material yang sangat cepat untuk bisa diterapkan. Material ini menjadi istimewa karena pada suhu di atas 0 K berubah menjadi konduktor dengan lebar pita terlarang Eg yang relatif kecil, yaitu lebih kecil dari 3 eV.

Oleh karena sifat-sifat itulah, material ini merupakan bahan dasar untuk komponen aktif dalam piranti elektronik seperti diode, transistor, integrated circuit dan piranti-piranti teknologi konversi seperti Sel Surya.

"Teknologi semikonduktor yang semula berbasis hanya pada material silikon dan germanium kini bahan semikonduktor itu beraneka ragam dengan sifat-sifat fisis yang semakin sesuai dengan kebutuhan hidup manusia modern," ungkapnya.

3. Rekayasa material semikonduktor untuk peningkatan efisiensi konversi sel surya

Foto: Humas UNY

Ariswan menjelaskan, rekayasa material semikonduktor dilakukan sebagai upaya peningkatan efisiensi konversi sel surya, yaitu kemampuan sel surya mengubah energi surya menjadi energi listrik. Menurutnya, peningkatan ini sangat ditentukan oleh dua hal.

Pertama, kualitas persambungan dua semikonduktor tipe P–N. Kedua, seberapa kemampuan dua atau lebih bahan penyusun sambungan dapat menyerap energi surya yang dipaparkan pada sambungan tersebut.

Dia mengatakan, pengembangan teknologi energi terbarukan yang berkelanjutan untuk jangka panjang dalam jumlah besar melalui pengembangan rekayasa material harus terus dilakukan.

"Rekayasa material mampu meningkatkan efisiensi konversi sel surya yaitu mengubah sebagian besar energi surya itu langsung menjadi energi listrik," terangnya.

Ariswan mengatakan, model rekayasa material semikonduktor harus terus dikaji agar pemanfaatan energi surya yang sangat melimpah di Indonesia dapat dioptimalkan menuju kemandirian energi nasional.

Editorial Team