Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
GIK UGM (gik.ugm.ac.id)

Intinya sih...

  • UGM hadirkan Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) sebagai super creative hub di jantung kampus, ruang ekspresi mahasiswa dan wadah kolaborasi lintas sektor.
  • GIK menawarkan edukasi non-formal untuk persiapan dunia kerja, juga menjadi platform ekspresi seni dan budaya dengan program seni, pameran fotografi, dan festival film.
  • Lebih dari 6.500 mahasiswa terlibat dalam GIK, membuka ruang kolaborasi dengan media, industri, komunitas, serta fasilitas publik seperti pameran seni, seminar, hingga pelatihan keterampilan.

Sleman, IDN Times – Universitas Gadjah Mada (UGM) menghadirkan Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) sebagai super creative hub. Bangunan baru yang berdiri megah di jantung kampus UGM ini tak hanya menjadi ruang ekspresi mahasiswa, tapi juga wadah kolaborasi lintas sektor yang berdampak luas bagi masyarakat.

Dalam acara media gathering pada Rabu (23/4/2025), Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia dan Direktur GIK, Alfatika Aunuriella Dini, memaparkan langsung peran strategis GIK sebagai motor penggerak inovasi, edukasi, dan kreativitas. 

Fasilitas GIK mencakup area kelas, perpustakaan, auditorium, hingga ruang kreatif dan arena olahraga, yang semuanya didesain untuk mendukung aktivitas pendidikan, riset, dan hilirisasi inovasi ke industri. Meski belum 100 persen rampung, bauran antara modernitas dan alami sudah terlihat jelas melalui sajian taman hijau dan latar gedung bercorak hitam.

1. Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) itu apa, sih?

Mahasiswa dan masyarakat umum beraktivitas di GIK UGM (IDN Times/Yogie Fadila)

Menurut Alfatika, GIK lebih dari sekadar gedung besar hitam di tengah UGM. Dia menggambarkannya sebagai ekosistem inovasi dan kreativitas yang dirancang sebagai ruang bertemunya ide-ide kreatif, inovasi teknologi, seni, dan budaya.

“GIK adalah gerakan untuk mempercepat dan menumbuhkan inovasi, sekaligus menjadi tempat mengekspresikan seni dan budaya. Ini usaha pertama kami untuk melakukan prototyping, menginkorporasikan seni dan budaya ke dalam Innovation Hub,” jelas Alfatika.

GIK terbuka untuk mahasiswa, dosen, akademisi, pelaku bisnis, media, hingga pemerintah. Di sini, semua stakeholder bisa berkolaborasi untuk menciptakan inovasi yang berdampak nyata.

2. Tiga Pilar Utama: Edukasi, Seni Budaya, dan Inovasi

CEO GIK UGM Alfatika Aunuriella Dini (IDN Times/Yogie Fadila)

Berbeda dengan pembelajaran di fakultas, GIK menawarkan edukasi non-formal yang mempersiapkan mahasiswa menghadapi dunia kerja. Melalui program seperti Talent Development Class, mahasiswa bisa belajar langsung dari profesional industri dan BUMN, mendapatkan sertifikat, bahkan konversi SKS. “Kami berupaya menjembatani kebutuhan dunia kerja, seperti syarat pengalaman minimal dua tahun untuk fresh graduate, dengan memberikan pengalaman praktis kepada mahasiswa,” ujar Alfatika.

GIK juga menjadi platform ekspresi seni dan budaya, didukung oleh mahasiswa, akademisi, industri, media, dan pemerintah. Sejak dibuka pada September 2024, lebih dari 50 program seni dan budaya telah digelar, termasuk International Film Festival bagian dari Jogja Art Fair dan pameran fotografi bersama Pewarta Foto Indonesia. “Kami ingin karya seni nasional dan internasional bisa dinikmati masyarakat luas lewat GIK,” tambahnya.

Sebelum ada GIK, banyak ide inovatif mahasiswa yang tidak berlanjut. Kini, GIK mengundang industri masuk ke kampus, sehingga ide bisnis mahasiswa bisa langsung diinkubasi dan diakselerasi. Program unggulan seperti Global Innovation and Future Technology Summit (GIFT) mempertemukan startup dengan venture capital dari lima negara. “Harapannya, ide-ide mahasiswa bisa langsung ditangkap dan dikembangkan bersama industri,” jelas Alfatika.

3. Dampak Nyata untuk Mahasiswa dan Masyarakat

Suasana di taman GIK (IDN Times/Yogie Fadila)

Sejak September 2024 hingga Februari 2025, lebih dari 6.500 mahasiswa dari 9 fakultas UGM telah terlibat dalam kegiatan GIK. Tak hanya itu, komunitas relawan GIK Upgrader juga terbuka untuk mahasiswa dari kampus lain di Yogyakarta, memperkuat jejaring lintas universitas. Hingga saat ini, 15 unit kegiatan mahasiswa UGM aktif berkegiatan di GIK, mereka menggelar workshop, latihan seni, hingga kompetisi olahraga.

GIK juga dirancang sebagai “mall akademik”—setiap tenant wajib membuat program yang mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi, seperti magang dan pelatihan. Dengan zonasi 55 persen untuk hub kreatif dan inovasi, 25 persen untuk makan dan minuman, dan 20 persen untuk ritel dan layanan bisnis, GIK jadi wadah bagi mahasiswa untuk mengasah keterampilan kewirausahaan dan bisnis.

4. GIK diharapkam memberi dampak untuk Masyarakat

Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia

Rektor UGM Prof. Ova Emilia menegaskan, GIK tak hanya milik kampus, tapi juga masyarakat luas. “Banyak capaian kinerja positif dari UGM yang harapannya tidak berhenti menjadi laporan aktivitas, tetapi dapat dimanfaatkan bagi masyarakat. GIK diharapkan menjadi prototipe pengembangan inovasi dan kreativitas di Indonesia, memperkuat posisi UGM sebagai pusat inovasi kreatif nasional dan global,” tegasnya.

GIK juga membuka ruang kolaborasi dengan media, industri, dan komunitas, serta menyediakan fasilitas untuk publik, seperti pameran seni, seminar, hingga pelatihan keterampilan. Dengan lalu lintas pengunjung yang sudah menembus 140.000 orang sejak soft opening, GIK siap menjadi tempat berbaur baru bagi talenta kreatif dan inovator dari berbagai latar belakang.

“Semoga kita dapat bekerja bersama lebih baik lagi ke depan dan memberikan manfaat terbaik untuk masyarakat dan bangsa,” tutup Ova.

Editorial Team