FPB-S/N-YPF 2025,. (Dok. Istimewa)
FPB-S/N-YPF dirancang sebagai ruang untuk mendorong percakapan terbuka dan kritis antara seniman, akademisi, produser, peneliti, dan penonton. Dengan mengusung kerangka berpikir dan bertindak melalui serta bersama pertunjukan, festival ini berupaya untuk membaca serta merawat estetika selatan dunia.
Mengusung tema Gelagat Liar, edisi perdana FPB-S/N-YPF memantulkan gagasan bahwa ruang pertunjukan adalah ruang pertemuan dunia yang jamak akan sejarah dan masa depan yang menjalar dan tak tunggal: soal ketubuhan, gender, ras, dan lokasi budaya. Gelagat Liar menandai praktik-praktik pertunjukan yang berangkat dari celah dan retakan pada arsip, norma sosial, konvensi artistik, maupun skenario kuasa tertentu.
“Kami membayangkan festival bukan sebagai panggung seleksi atau konsumsi, melainkan sebagai medan afektif di mana kontak, dengar, dan pertemuan menjadi prinsip utama dari praktik artistik untuk menyulam kesetiakawanan dalam membangun resistensi pun resiliensi di tengah dunia yang semakin menunjukkan ketimpangan,” ujar Ko-Direktur Artistik, Eka Wahyuni, saat konferensi pers, Jumat (25/7/2025).
Duo Kurator, Mega Nur dan Taufik Darwis mengatakan dalam festival ini, penonton tidak diposisikan secara pasif tetapi diundang untuk terlibat aktif. “Melihat secara lekat, mencari, menavigasi, dan membincangkan bentuk-bentuk ‘keliaran’ yang tumbuh dari persimpangan dan percabangan pengalaman serta pengetahuan,” ujar Mega.