Komunitas Jogja Berbunga, Beri Hidup Baru pada Bunga Segar Bekas

Mengupayakan panjang umur pada bunga segar pascaacara

Intinya Sih...

  • Shalina Nur Hanna mendirikan komunitas Jogja Berbunga setelah menyadari limbah bunga segar dari acara-acara besar.
  • Komunitas ini terdiri dari 19 relawan perempuan yang berusaha memperpanjang usia bunga segar pascaacara.
  • Jogja Berbunga bekerja sama dengan wedding organizer dan menerima donasi bunga segar untuk didistribusikan secara gratis kepada yang membutuhkan.

Jogja, IDN Times - Berawal dari rasa eman (sayang) pada bunga segar yang digunakan pada acara pernikahan sang adik pada 2020 silam, Shalina Nur Hanna mengagas komunitas Jogja Berbunga. Tujuannya adalah memperpanjang usia bunga segar agar tak berakhir di tempat sampah usai digunakan.

Limbah dari acara-acara seperti pertunangan, pernikahan, juga ulang tahun, memang tak main-main jumlah dan dampaknya, termasuk yang berasal dari bunga segar sebagai dekorasi. Pelan tapi pasti, komunitas Jogja Berbunga terus mengupayakan bisa menyelamatkan lingkungan sembari menambah manfaat bunga segar pascaacara.

1. Bersama teman yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dalam mendirikan Jogja Berbunga

Komunitas Jogja Berbunga, Beri Hidup Baru pada Bunga Segar BekasShalina Nur Hanna, founder Jogja Berbunga (dok.istimewa)

Bermula dari acara pernikahan sang adik, perempuan yang kerap disapa Selly ini bisa menyelamatkan satu rangkaian bunga segar. "Kebetulan saya tahu di Jakarta ada komunitas yang concern memperpanjang usia bunga segar. Lalu saya tanya di media sosial kira-kira kalau di Jogja di mana, ya. Harapannya ini (bunga yang ia dapat) dapat disalurkan." tuturnya pada IDN Times Jogja, Rabu (17/05/2024).

Dari pertanyaan yang diajukan di media sosial inilah, Selly justru mendapat ajakan mendirikan komunitas penyelamatan bunga segar dari dua orang teman yang berasal dari komunitas yang berbeda. Meski tak langsung ia sanggupi, akhirnya ia mendirikan Jogja Berbunga dengan mendapat banyak bantuan dari rekan-rekannya yang juga peduli dengan isu lingkungan.

2. Beranggotakan seluruhnya perempuan dan mayoritas para ibu

Komunitas Jogja Berbunga, Beri Hidup Baru pada Bunga Segar BekasKomunitas Jogja Berbunga (instagram.com/jogja.berbunga)

Berawal dari sepuluh orang yang menjadi conceptor, kini berkembang menjadi 19 orang relawan yang kemudian saling bagi tugas di Jogja Berbunga. Keseluruhan anggotanya pun adalah perempuan dengan rentang usia 20-30an tahun dan mayoritas adalah ibu rumah tangga.

"Kami memiliki kepedulian yang sama, ingin memperpanjang usia bunga pascaperayaan. Dan teman-teman yang mau bergerak bersama ini adalah teman-teman yang punya kesadaran dan kesenangan yang sama sehingga nantinya bisa menjembatani memberikan bunga-bunga segarnya." Kata Selly tentang relawan di komunitasnya.

Sampai sejauh ini, Jogja Berbunga telah bekerja sama dengan tiga wedding organizer (WO) sebagai penyalur bunga segar. Meski begitu, Jogja Berbunga tidak hanya bekerja sama dengan WO tapi juga menerima ajakan dari perorangan.

"Kami pernah handle bunga pasca wedding yang dikontak langsung oleh mantennya. Pernah juga handle bunga-bunga dari karangan bunga di rumah duka yang dikontak langsung oleh pihak keluarga," ujar Selly.

Baca Juga: 4 Tempat Donasi Pakaian Bekas Layak Pakai di Jogja, biar Berkah

3. Bunga segar yang didapat lalu diupayakan agar berumur panjang

Komunitas Jogja Berbunga, Beri Hidup Baru pada Bunga Segar BekasKomunitas Jogja Berbunga (instagram.com/jogja.berbunga)

Selly kemudian menjelaskan bahwa nantinya bunga-bunga yang didapat akan dibagikan secara gratis kepada yang membutuhkan. Fokus Jogja Berbunga yang utama adalah agar bunga-bunga tersebut segera terselamatkan dan terdistribusi agar tak jadi sampah.

Dari sini bunga-bunga segar tersebut kembali diolah para penerimanya. Ia membebaskan para adopter untuk menggunakan bunga-bunga tersebut, boleh untuk diri sendiri sekadar untuk dipajang atau diolah menjadi barang baru.

"Ada (adopter bunga) yang bisa mengelola jenis bunga melati, yang biasa dipakai untuk hiasan rambut manten, menjadi massage oil. Ada juga yang bisa mengolah jadi wall art. Dan yang paling mudah adalah dikeringkan," kata perempuan asli Jogja tersebut.

Selly menuturkan bahwa pernah dalam suatu kesempatan, bunga segar yang diperoleh oleh Jogja Berbunga dihibahkan pada lembaga dan tempat-tempat publik. "Misalnya saya pernah drop bunga-bunga ke masjid, pondok pesantren, dan pernah ke rumah singgah."

Selly mengaku bahwa menjalankan komunitas yang seluruhnya adalah relawan, tanpa bayaran, adalah hal yang tak mudah. Namun pelan tapi pasti, ia upayakan agar komunitas Jogja Berbunga kian semerbak namanya agar semakin dikenal hingga semua bisa saling berjejaring demi kebaikan. 

Baca Juga: Saorsa, Menikmati Kopi sambil Peduli Lingkungan

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya