Dosen UGM Kritik Usul Ahmad Dhani Naturalisasi Timnas: Misoginis!

Intinya sih...
- Dosen UGM kritik pernyataan Ahmad Dhani terkait naturalisasi pemain Timnas Indonesia.
- Widy menyoroti aspek patriarkis dan diskriminatif dalam pernyataan Dhani, menyayangkan usulan tersebut dari anggota legislatif.
- Pernyataan Dhani tentang warna kulit pemain dinaturalisasi dianggap rasis, gagal memahami konsep nasionalisme, dan tidak menghargai proses naturalisasi.
Sleman, IDN Times - Dosen Fakultas Filsafat UGM, Hastanti Widy Nugroho mengkritik pernyataan Ahmad Dhani saat rapat kerja Komisi X DPR RI dan Kemenpora membahas pemain naturalisasi Timnas Indonesia, Rabu (5/3/2025).
Widy yang memiliki kepakaran di bidang feminisme menyoroti berbagai aspek problematis dalam pernyataan Dhani, mulai pemikiran patriarkis yang diskriminatif terhadap perempuan, hingga kesalahpahaman konsep naturalisasi.
1. Pernyataan yang berbau misoginis
Widy menggarisbawahi pernyataan Ahmad Dhani yang mengusulkan agar pemerintah menganggarkan program naturalisasi pemain sepak bola senior dari negara lain untuk dijodohkan dengan perempuan Indonesia. Perjodohan tersebut menurutnya akan menghasilkan anak atau keturunan yang diharapkan dapat menjadi pemain bola andal bagi Timnas Indonesia.
Menurut Widy, pernyataan ini memberikan gambaran tentang cara berpikir Dhani yang sangat patriarkis dan diskriminatif.
"Urusan pernikahan dia bisa memberikan statement seperti itu. Ini kalau dalam feminisme disebut sebagai misoginis, yaitu kebencian, penghinaan, dan prasangka terhadap perempuan. Perempuan di sini dipahami hanya sebatas urusan dapur, sumur, dan kasur, atau dalam bahasa biologinya, memahami perempuan sebatas urusan reproduksi. Urusan poligami juga tahu-tahu dibawa ke urusan sepak bola, kan aneh itu," kata Widy, Jumat (7/3/2025).
Widy sangat menyayangkan usulan macam ini terlontar dari seorang anggota legislatif yang memiliki pengaruh dan posisi penting di Indonesia.
2. Prihatin dengan mentalitas dan kualitas anggota dewan
Widy menyampaikan keprihatinannya atas mentalitas dan kualitas anggota dewan yang menunjukkan pemahaman minim terhadap hak-hak perempuan.
"Kalau disebut out of the box, yang jadi pertanyaan ini box yang mana? Bisa dibayangkan betapa parahnya masyarakat patriarki berkuasa dengan model seperti ini. Jika orang seperti ini menjadi anggota dewan, lalu dia memiliki pengikut dan kesempatan untuk mengampanyekan terus menerus nilai patriarkis ini, maka nasib perempuan Indonesia tidak bisa diharapkan lagi," katanya.
3. Salah kaprah konsep Ahmad Dhani tentang naturalisasi
Kritik Widy untuk Ahmad Dhani tak berhenti sampai di situ, ia menyinggung pernyataan pentolan grup band Dewa 19 itu terkait warna kulit pemain sepak bola yang dinaturalisasi. Bagi Widy, kalimat Dhani cenderung rasis.
Selain itu, Dhani juga dianggap gagal memahami konsep nasionalisme, menurut Widy, proses naturalisasi bukanlah sebuah proyek reproduksi, dengan mendatangkan orang asing untuk menghasilkan keturunan. Memilih kewarganegaraan tertentu semestinya dilandasi oleh kecintaan terhadap tanah air leluhurnya atau tempat di mana dia berada.
Widy membandingkan pandangan Dhani dengan pengalaman pemain sepak bola melalui proses naturalisasi. Ia mencontohkan Maarten Paes memilih untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI), dan sampai menitikkan air mata ketika lagu Tanah Airku dikumandangkan.
"Itu bukan hanya karena neneknya tinggal di Kediri dan dia memiliki romantisme masa lalu dengan kota tersebut. Bukan hanya itu, tapi momen itu menunjukkan rasa cintanya pada tanah air yang sampai sekarang tentu dicintainya dengan sepenuh hati. Nah konsep itu yang Ahmad Dhani lupa atau tidak mengerti," pungkasnya.