Dekontaminasi radiasi di Cikande (Dok. KLH)
Lebih lanjut Prof. Anhar menjelaskan Cs-137 merupakan material radioaktif yang dihasilkan dari reaksi fisi Uranium-235 (U-235) dengan neutron. Pada umumnya diperoleh di bahan bakar nuklir yang telah diiradiasi atau sampel U-235 yang sengaja diiradiasi untuk diantaranya menghasilkan Cs-137.
“Bagaimana zat ini bisa mencemari lingkungan, tentunya banyak penyebab. Salah satu ketika beberapa dekade lalu beberapa negara di dunia melakukan percobaan senjata nuklir, salah satu bahan radioaktif yang dilepas dan dapat mencemari tanah akibat percobaan tersebut adalah Cs-137. Demikian pula saat terjadi kecelakaan reaktor di Chernobyl dan Fukushima Dai-ichi. Namun, untuk kasus di Cikande tidak terkait dengan hal tersebut, tentunya ada penyebab lain,” ujarnya.
Sepengetahuan Prof. Anhar bahwa saat ini beberapa institusi sedang melakukan investigasi terkait bagaimana Cs-137 bisa berada di Kawasan Cikande. Oleh karena itu, perlu ditunggu penjelasan resmi dari institusi tersebut, terutama dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
“Yang perlu dicatat, Cs-137 termasuk material yang mudah menguap (volatile) dengan titik didih sekitar 600 derajat celcius. Jadi, jika benar cemaran Cs-137 tersebut ditemukan di tempat peleburan besi dan besi yang dilebur tersebut yang tercemar Cs-137, maka akan mudah Cs-137 menguap dan menyebar di luar tempat peleburan. Namun, sekali lagi ini hanya sebatas kemungkinan. Bapeten sebagai badan pengawas semestinya dapat memberikan penjelasan lebih baik,” ungkap Prof. Anhar.
Cs-137 banyak digunakan di beberapa bidang, misalnya di bidang industri Cs-137. Digunakan untuk membantu pengukuran debit zat cair, ketebalan kertas, ketinggian zat cair di suatu proses yang sulit dilakukan oleh alat ukur lainnya. Demikian pula di kedokteran, Cs-137 digunakan untuk terapi (melalui penyinaran) kanker. Dalam penggunaan seperti itu, sebagai syarat keselamatan, Cs-137 hampir semuanya dikemas dalam bungkusan yang kuat.