TPR Induk Pantai Parangtritis yang baru. (IDN Times/Daruwaskita)
Di sisi lain kata Saryadi, untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Dispar terkendala dengan keberadaan tempat pemungutan retribusi yang dinilai tidak ideal. Seperti TPR Parangtritis yang baru, karena keterbatasan lahan belum ideal untuk menjadi sebuah TPR.
"Kondisi itu menyebabkan tingkat optimalisasi petugas TPR untuk menarik retribusi tidak semaksimal saat penarikan retribusi TPR Parangtritis yang lama. Ibaratnya kan hanya 'nyegat' di jalan," ucapnya.
"Jadi kalau efektivitas maka TPR Parangtritis lama lebih efektif karena ada pembatas lajur-lajur untuk petugas menarik retribusi," imbuhnya.
Dengan kondisi TPR Parangtritis saat ini yang tidak dilengkapi rambu-rambu hingga pembatas jalan menyebabkan petugas kesulitan untuk menghentikan wisatawan. "Ya demi keamanan petugas TPR maka lolos dari pembayaran retribusi," tandasnya.
Saryadi berharap petugas yang berjaga di TPR Parangtritis bisa bertahan dan tetap semangat dalam bekerja meski harus berpanas-panas dan harus basah kuyup saat hujan turun.
"Kalau TPR Parangtritis lama dan penggantinya berjalan semua maka ada keterbatasan personel. Untuk Pantai Parangtritis akses wisatawan dari utara (Jalan Parangtritis) masih dominan," terangnya.