ilustrasi vaksinasi (unsplash.com/Ed Us)
Heru menjelaskan, rabies merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang sistem saraf pusat akibat virus rabies (Lyssavirus). Penyakit ini bisa menjangkiti semua mamalia, termasuk manusia, dan hampir selalu berakhir fatal setelah gejala klinis muncul. Penularannya umumnya melalui gigitan hewan terinfeksi, terutama anjing, namun juga dapat terjadi lewat kucing, monyet, atau satwa liar sejenis anjing.
“Dalam kasus yang jarang, rabies dapat menular lewat udara di gua kelelawar, transplantasi organ dari donor yang terinfeksi, atau saat memproses daging hewan positif rabies,” ujar Heru belum lama ini dilansir laman resmi UGM.
Ia menekankan, jika tergigit anjing di wilayah endemis rabies, pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah mencuci luka dengan sabun dan air mengalir setidaknya selama 15 menit. Langkah sederhana ini penting untuk menurunkan risiko infeksi.
Penanganan medis selanjutnya menyesuaikan kategori luka. Pada kategori II, yaitu gigitan atau luka ringan tanpa perdarahan, atau jilatan pada kulit lecet, korban wajib segera mendapatkan vaksin rabies. Sedangkan pada kategori III, yakni gigitan yang menembus kulit hingga berdarah, jumlah luka banyak, atau terjadi di area berisiko tinggi dekat otak, pasien harus segera menerima vaksin rabies disertai Serum Anti Rabies (SAR) atau rabies immunoglobulin (RIG). Vaksin rabies untuk manusia diberikan dalam beberapa dosis, biasanya pada hari ke-0, 7, serta 21 atau 28, tergantung jenis vaksin yang dipakai.