Salah satu karya bertema COVID-19 pada ARTJOG: Resilience - IDN Times/Rijalu Ahimsa
Menurut Bambang Witjaksono, kurator ARTJOG, di masa pandemik ini seniman justru menjadi lebih fokus dan memiliki waktu luang untuk membuat sebuah karya. ARTJOG: Resilience muncul sebagai sebuah wadah untuk menampung karya-karya para seniman yang berkarya selama masa karantina.
"Sebelum kami memutuskan untuk menggelar ARTJOG itu, kami juga sudah banyak ngobrol dengan pelaku seni termasuk seniman yang mereka itu tetap aktif di studionya, bahkan bisa lebih fokus di studionya membuat karya-karya baru, baik itu bertema COVID maupun tema yang lain. Itu yang kami pikir perlu diwadahi melalui event, dan kemudian kami berpikir bagaimana ARTJOG diselenggarakan untuk juga sama-sama menggaungkan semangat itu," ucapnya saat media preview ARTJOG: Resilience.
Karya yang dipamerkan di dalam ARTJOG: Resilience offline pun sedikit berbeda. Kali ini ARTJOG: Resilience meniadakan karya yang bersifat interaktif dan lebih banyak karya-karya dua dimensi, seniman pun dipilih melalui undangan dan dipilih yang mudah dijangkau, serta dilakukan peniadaan tema karya, meminimalisir karya yang sifatnya instalatif, mekanikal, computerized, interaktif, dan membuat batasan pada ukuran karya.
"Kami memang sangat membatasi senimannya jadi tidak ada seniman aplikasi, semuanya undangan, dan kebanyakan Jogja, pertimbangannya adalah lebih gampang komunikasinya dan kemudian kalau satu area itu kan lebih terkontrol paling tidak ketika kemudian tentang kesehatan, keamanan persebaran COVID ini," tambah Bambang.