Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier berkunjung ke Keraton Yogyakarta. IDN Times / Tunggul Damarjati
Selama berada di keraton, Steinmeier melakukan tur melihat dari dekat benda-benda koleksi keraton di Emper Gedhong Prabayeksa, meliputi, batik, wayang kulit, barang pecah belah, serta manuskrip milik keraton. Kemudian menyaksikan pertunjukan Beksan Lawung Ageng di Tratag Bangsal Kencana, sebelum menikmati suguhan kopi, teh, serta kudapan khas kerajaan di Bangsal Manis.
GKR Mangkubumi menyatakan Steinmeier merasa terpukau saat menyaksikan tari Beksan Lawung Ageng. Menurutnya, sang presiden tak mengira Yogyakarta memiliki tarian dengan karakteristik semarak atau rancak layaknya Bali.
"Beliau apresiasi tentang tariannya, karena lawung itu kan musiknya semarak ada terompet, drum beliau berpikir kalau yang rancak itu hanya di Bali gitu. Termasuk bertanya tentang tarian perang, tadi sudah dijelaskan bahwa lawung itu untuk wedding," ujar putri sulung Sultan HB X itu.
Beksan Lawung sendiri adalah tarian pusaka karya Sri Sultan Hamengku Buwono I yang menggambarkan ketangkasan para prajurit saat berlatih tombak dan berkuda. Gerakan tarian ini mengandung unsur heroik, patriotik, dan maskulin.