Tayangan arsip karya-karya seniman Heri Dono di Studio Kalahan, Sleman, 30 November 2020. IDN TIMES/Pito Agustin Rudiana
Pada 2009, Heri Dono menyajikan kembali konsep Kuda Binal yang dikemas dalam performance art yang berbeda. Tak lagi kuda-kuda lumping beraneka bentuk kepala. Digantikan dengan sebuah alat berat berupa ekskavator atau beko berwarna kuning yang menari di Alun-alun Utara.
“Saya buat komposisi Tari Bedaya, karena gerakan beko itu luwes seperti gerakan tangan,” kata Heri.
Pada tayangan di layar, alat tersebut dibuat berputar, tangan beko yang seperti belalai pun bergerak luwes. Bahkan sesekali menumpu pada tanah sehingga badannya terangkat sedikit ke atas.
Awalnya, Heri akan menghadirkan sembilan alat berat di atas tanah alun-alun. Lantaran bobot satu beko mencapai 20 ton, dia khawatir gerakannya bisa merusak instalasi di bawah tanah. Meski begitu, keinginan untuk menghadirkan banyak beko masih tersimpan dalam benaknya.
“Mungkin suatu saat bisa berkolaborasi dengan koreografer. Tari Bedaya dengan traktor,” kata Heri penuh antusias.
Sejumlah properti lain juga pernah dihadirkan seniman yang lahir 12 Juli, 60 tahun yang lalu. Seperti sebuah truk dan 5 gerobak sampah.
Performance art yang diberi tajuk Tari Traktor Yogyakarta itu membawa pesan bahwa manusia memuji alam semesta beserta kehidupannya, namun sekaligus menghancurkan.
“Itu seperti sifat traktor yang dualistik, bisa menghancurkan tapi juga membangun,” kata Heri.