MTN Market dalam agenda JAFF Market 2025, di JEC Yogyakarta, Minggu (30/11/2025). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Dimulai kisah para penulis ketika karya mereka pertama kali dipilih untuk dihidupkan di layar, momen yang kerap dipenuhi rasa bangga, cemas, dan penasaran. Kemudian, diskusi berkembang ke proses kreatif di balik layar: bagaimana menimbang elemen yang harus tetap menjadi jiwa cerita dan bagian yang perlu diolah ulang agar bekerja secara visual, sekaligus pengalaman berkolaborasi dengan sutradara, produser, dan aktor yang sering menghadirkan perspektif baru.
Para pembicara juga menggambarkan emosi ketika melihat karakter fiksi menjelma menjadi sosok nyata di set produksi, sambil meluruskan sejumlah mitos umum tentang adaptasi.
Contoh-contoh film dari adaptasi novel yang disebutkan oleh pembicara antara lain Rapijali, Aroma Karsa, Na Willa, dan Pangku semakin memperkaya gambaran bahwa adaptasi bukan sekadar memindahkan cerita antar-medium, melainkan proses merumuskan ulang cara sebuah kisah dihayati.
“Tadi kami bicara tentang bagaimana seorang penulis itu mau merelakan karyanya untuk diinterpretasikan ulang oleh orang yang berbeda, creator yang berbeda. Menurut saya di sini kedewasaan kita sebagai seorang seniman sangat dibutuhkan dalam proses adaptasi,” ucap Dee Lestari.