Ribuan Warga Pleret Antusias Saksikan Tradisi Kirab Bedol Projo

Napak tilas sejarah kesultanan Mataram

Bantul, IDN Times - Ribuan warga tampak antusias menyaksikan tradisi kirab Bedol Projo yang menceritakan perpindahan Keraton Kerto ke Keraton Pleret yang terjadi pada pemerintahan Sultan Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo, Sultan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645. Acara ini digelar di di Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul.

1. Bupati Bantul pukul gong pembuka

Ribuan Warga Pleret Antusias Saksikan Tradisi Kirab Bedol ProjoIDN Times/Daruwaskita

Kirab Bedol Projo ini diawali dengan pemukulan gong secara simbolis oleh Bupati Bantul Suharsono sebagai penanda dibukanya tradisi kirab. Selanjutnya, rombongan dari Sultan Agung Hanyokrokusumo berjalan menuju kereta kencana yang telah menunggu untuk pindahan ke Keraton Pleret dari Keraton Kerto.

2. Pasukan berkuda memimpin kirab

Ribuan Warga Pleret Antusias Saksikan Tradisi Kirab Bedol ProjoIDN Times/Daruwaskita

Pasukan berkuda memimpin kirab dari Keraton Kerto (Balai Desa Pleret) menuju Keraton Pleret yang berjarak sekitar 1 kilometer.

Di sepanjang jalan berlangsungnya arak-arakan, masyarakat tampak antusias menyaksikan dari pinggir jalan. Mereka asyik mengabadikan kirab dengan gawai yang ada di tangan.

Baca Juga: Belasan Ribu Santri Bantul Ikuti Apel Akbar dan Kirab Budaya

3. Mengajak generasi muda untuk belajar sejarah

Ribuan Warga Pleret Antusias Saksikan Tradisi Kirab Bedol ProjoIDN Times/Daruwaskita

Dalam sambutannya, Suharsono mengatakan ritual kirab Bedol Projo mengajak masyarakat untuk mengingat kembali sejarah adanya keraton Kerto. Perpindahan Sultan Agung Hanyokrokusumo ke Keraton Pleret sendiri atas keinginan dari Amangkurat Agung yang tidak menginginkan Sultan Agung tinggal di Keraton Kerto.

"Tradisi ini mengingatkan kembali generasi muda akan sejarah berdirinya keraton yang ada di Kerto yang akhirnya pindah ke Keraton Pleret di Kedaton," ungkapnya, Minggu (27/10).

Dalam kesempatan tersebut Suharsono juga mengingatkan kepada generasi muda untuk melestarikan bahasa Jawa dan unggah-ungguh yang saat ini semakin luntur.

"Saya pun terkadang jika diajak salaman, karena saya bupati, kadang (ada) yang lebih tua mau cium tangan saya. Tangan saya tarik karena seharusnya saya yang lebih muda mencium tangan yang lebih tua meski bukan bupati," tuturnya.

"Saya juga sedang berpikir ke depan ada mata pelajaran budi pekerja yang bisa diberikan kepada anak-anak meski hanya 1 jam atau 2 jam karena itu sangat penting," tambahnya lagi.

4. Bedol Projo menggambarkan sejarah perpindahan Keraton Kerto ke Keraton Pleret‎

Ribuan Warga Pleret Antusias Saksikan Tradisi Kirab Bedol ProjoIDN Times/Daruwaskita

Kepala Desa Pleret, Norman Widodo, mengatakan tradisi Bedol Projo ini merupakan yang ketujuh kalinya dilaksanakan dan menjadi agenda budaya tahunan di Desa Pleret.

Kirab Bedol Projo ini, kata Norman, merupakan cerita perpindahan Keraton Kerto yang kala itu ditempati oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo pada tahun 1613 hingga 1645. Karena Amangkurat Agung tak berkenan jika Sultan Agung tinggal di Keraton Kerto, akhirnya Hanyokrokusumo pindah ke Keraton Pleret mulai dari tahun 1645 hingga meletusnya pemberontakan Trunojoyo pada 1648. Akibat pemberontakan, Keraton Pleret hangus dan akhirnya Sultan berpindah ke Keraton ke Surakarta.

"Jadi ini nampak tilas dari Keraton Kerto ke Keraton Pleret yang pada saat ini merupakan era kejayaan Sultan Agung Hanyokrokusumo," tuturnya.

Baca Juga: Warga Bantul Gelar Tradisi Budaya Kirab Siwur Dan Pisungsung Jaladri

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya