Objek Wisata Tutup, Pelaku Wisata di Dlingo Bantul Utang Kanan-Kiri

Beralih profesi jadi petani hingga buruh bangunan

Bantul, IDN Times - ‎Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang diperpanjang dengan PPKM Level 4 membuat ekonomi pelaku wisata alam di kawasan Dlingo, Kabupaten Bantul, kian terpukul. Selain ada yang harus dirumahkan, mereka juga terpaksa berutang kanan-kiri demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Ya ngutang ke saudara, ke tetangga, ke teman. Pokoknya kanan-kiri mas. Sudah tidak punya uang lagi," kata Yuli Widodo, salah satu pelaku wisata di Bukit Becici, Dlingo, Bantul usai mengikuti vaksinasi di hutan Pinus Mangunan pada 28 Juli 2021 lalu.

Baca Juga: SONJO, Wujud Masyarakat Bergerak Atasi Pandemik lewat Gotong Royong

1. Sebelum PPKM Darurat, bisa bawa pulang uang bersih Rp50 ribu‎ sehari

Objek Wisata Tutup, Pelaku Wisata di Dlingo Bantul Utang Kanan-KiriYuli Widodo, salah satu pelaku wisata di Bukit Becici, Dlingo, Bantul. (IDN Times/Daruwaskita)

Yuli sehari-hari menyediakan jasa keliling tempat wisata dengan mobil jip. Ia mengaku sebelum PPKM Darurat diterapkan, pendapatannya masih lumayan membuat dapur ngebul meski wisatawan tidak seramai sebelum pandemi. Setiap hari, setidaknya ia bisa membawa pulang uang untuk kebutuhan sehari-hari bagi rumah tangganya.

"Ya kalau sebelum PPKM Darurat, dalam satu bulan itu bisa 20 kali mengantar wisatawan berkeliling objek wisata dengan tarif Rp250 ribu hingga Rp600 ribu sesuai paket yang diinginkan," ujarnya.

"Minim-minim bisa bawa pulang uang bersih Rp50 ribu dalam sehari," tambahnya lagi.

2. Mengaku belum terima bantuan‎

Objek Wisata Tutup, Pelaku Wisata di Dlingo Bantul Utang Kanan-Kiriinstagram.com/rizkieagussaputra

Yuli mengaku kini semakin berat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi, ia masih harus membayar biaya sekolah anak bungsunya yang kini masih duduk di SMK. Sedangkan anak sulungnya yang juga bergelut di objek wisata juga menganggur.

"Ya sekarang kerja serabutan, yang penting halal dan dapat uang," ujarnya.

Selama objek wisata ditutup, Yuli mengaku sempat berpikir untuk merintis usaha jualan. Namun, niat itu terpaksa diurungkannya karena pandemik yang semakin memburuk di Bantul.

"Kan diminta di rumah saja, ya di rumah saja. Buka warung sekarang juga dibatasi dan belum tentu laku. Serba susah," terangnya.

Yuli pun berharap pemerintah kembali melonggarkan aturan sehingga objek wisata bisa kembali dibuka meski dengan pembatasan jumlah pengunjung dan penerapan prokes yang ketat. Menurutnya, keadaan pelaku wisata saat ini sudah sekarat.

"Yang hanya menggantungkan pendapatan dari sektor wisata seperti saya ini, sangat terpukul sekali. Bantuan sosial dari pemerintah juga tidak ada bagi pelaku wisata," ucapnya.

3. Selama pandemik, 400 karyawan Koperasi Notowono dirumahkan

Objek Wisata Tutup, Pelaku Wisata di Dlingo Bantul Utang Kanan-KiriKetua Koperasi Notowo, Purwo Harsono.(IDN Times/Daruwaskita)

Sementara, Ketua Koperasi Notowono, Purwo Harsono, mengatakan selama pandemik hingga PPKM Level 4 ini, sudah lebih dari 400 karyawan yang harus diberhentikan sementara. Hanya tersisa sekitar 300 tenaga saja yang kini masih aktif di sejumlah objek wisata yang dikelola oleh pihaknya.

"Ya terus terang kita tidak mampu lagi membayar mereka karena sama sekali tidak ada pemasukan. Nol pemasukan selama PPKM Darurat hingga PPKM Level 4," ujarnya.

Para tenaga kerja yang diberhentikan sementara, banyak yang beralih profesi menjadi petani, buruh bangunan, atau kerja serabutan lainnya. Namun demikian, sulit juga untuk mendapatkan pekerjaan dalam kondisi seperti ini.

"Mau jadi buruh bangunan saja sulit, paling garap lahan pertanian jika masih punya sawah atau kebun," terangnya.

Pria yang akrab disapa Ipung ini pun mengaku sulit untuk menyelaraskan antara ekonomi dan kesehatan. Namun, ia berharap ketika pelaku wisata telah divaksinasi, objek wisata bisa dibuka kembali agar dapur mereka kembali ngebul.

"Di seluruh objek wisata yang dikelola Koperasi Notowono sudah siap sarana dan prasarana prokesnya. Namun demikian karena lahan yang kita kelola milik pemerintah, kita ikuti saja aturan dari pemerintah," ujarnya.‎

Baca Juga: Sedikitnya 4 Anak di Bantul Jadi Yatim Piatu Akibat COVID-19

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya