Little Tokyo Cederai Peninggalan Budaya Mataram di Muntuk

Pokdarwis Muntuk sebut Litto tak pernah jalin komunikasi

Bantul, IDN Times - Pihak pengelola Desa Wisata Muntuk mengatakan keberadaan tempat wisata baru Little Tokyo (Litto) di Kalurahan Muntuk, Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul, mencederai keberadaan warisan budaya peninggalan Mataram‎ di Muntuk. 

Padahal, mereka sudah mendata situ-situs dan budaya Mataram di wilayahnya untuk ditawarkan kepada wisatawan.

Baca Juga: Bupati Bantul: Pembangunan Little Tokyo Tabrak Aturan

1. Membuat konsep desa wisata jadi tidak sinkron

Little Tokyo Cederai Peninggalan Budaya Mataram di MuntukRiyanto, Ketua Pengelola Desa Budaya Muntuk. (IDN Times/Daruwaskita)

Ketua Pengelola Desa Budaya Muntuk, Riyanto, mengatakan dari awal memang sudah ada suara dari penggiat desa budaya yang tak setuju berdirinya Litto. Sebab, ada informasi Litto akan membawa budaya Jepang ke Muntuk.

"Ya dulu penolakannya hanya suara jalanan saja karena belum terbentuk Pengelola Desa Budaya Muntuk dan memang tidak didengar pemerintah Kalurahan Muntuk kala itu (tahun 2018-an)," ungkapnya pada Jumat (17/9/2021).

Keberadaan Litto yang mengusung budaya Jepang sebenarnya bertolak belakang dengan Muntuk yang saat ini telah memperoleh sertifikasi Desa Budaya. Banyak budaya Mataram yang di Muntuk yang sudah dikonsep untuk ditawarkan kepada wisatawan. Namun kemunculan Litto yang membawa budaya Jepang, membuat konsep tidak sinkron dan pelaku desa budaya Muntuk terpojok.

"Kami sudah mendata situ-situs dan budaya Mataram yang akan diolah menjadi program yang nantinya bisa ditawarkan kepada wisatawan. Namun sekarang kita juga bingung karena ada Litto yang menyajikan budaya Jepang," ujarnya.

"Kalau untuk mengkolaborasikan budaya Mataram dengan budaya Jepang juga sangat sulit," tambahnya lagi.

2. Jangan sampai Muntuk kehilangan identitas

Little Tokyo Cederai Peninggalan Budaya Mataram di MuntukDestinasi wisata Little Tokyo di Muntuk Dlingo Bantul. (dok. Little Tokyo)

Kerajinan bambu di Muntuk yang terbaik di DIY, kata Riyanto, tak lepas dari budaya Mataram yang waktu itu ada di Pleret. Kemudian, adanya situs makam Ledek yang berada di wilayah utara Desa Muntuk tak lepas dari peradaban Bandung Bondowoso yang tak banyak diketahui orang.

"Tapi sekali lagi dengan keberadaan Litto, kita semakin bingung karena itu yang dibawa adalah budaya Jepang. Tantangan kita semakin berat," ungkapnya.

Riyanto mengingatkan sebagai masyarakat Jogja tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai kawulo Jogja dan kawulo Mataram. 

"Kita ingin membawa kawulo Mataram ke dunia internasional, mulai dari cara hidupnya, makanannya dan hasil karyanya (kerajinan)," tegasnya.‎

3. Litto tak pernah berkomunikasi dengan Pokdarwis Muntuk‎

Little Tokyo Cederai Peninggalan Budaya Mataram di MuntukSugandi, Ketua Pokdarwis Kalurahan Muntuk, Kapanewon Dlingo, Bantul. (IDN Times/Daruwaskita)

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kalurahan Muntuk, Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul, Sugandi, mengatakan sejak awal rencana hingga hampir selesainya pembangunan Litto, pihaknya sama sekali tidak pernah diajak komunikasi dengan manajeman Litto terkait pemberdayaan masyarakat sekitar.

Padahal, Public Relations (PR) Litto, Noberta Shinta, dalam rilis yang dikirim ke awak media menyatakan akan memberdayakan warga sekitar mulai dari proses pembangunan sampai tim operasional.

"Ya dari berita yang ada di media kan Litto mau memberdayakan masyarakat sekitar. Namun sampai hari tidak ada komunikasi dengan masyarakat yang bisa direpresentasikan dengan Pokdarwis," kata Sugandi.

Menurut Sugandi, sampai hari ini yang memperoleh manfaat adanya Litto adalah masyarakat yang bekerja sebagai buruh bangunan yang sebagian adalah warga Padukuhan Gunung Cilik yang satu padukuhan dengan Litto.

"Ya kalau sekarang kan sudah berhenti bekerja warganya, wong sudah hampir 100 persen terbangun. Kan tidak butuh lagi buruh bangunan," ungkapnya.

Pokdarwis Muntuk sebenarnya masih menunggu dan berharap menajemen Litto ketika sudah mendapatkan izin lebih proaktif mengajak komunikasi dengan Pokdarwis sesuai dengan janji yang sudah keluar di media massa. Pihaknya tentu akan menyambut dengan tangan terbuka.

"Namun dengan catatan Litto sudah mengantongi izin atau sudah usahanya legal," ungkapnya.

4. Pokdarwis Muntuk terbuka dengan investasi asal memberdayakan masyarakat‎

Little Tokyo Cederai Peninggalan Budaya Mataram di Muntukinstagram.com/arif_josselalu

Ketua Operator Pengelola Puncak Becici ini mengaku masyarakat sangat terbuka terhadap investor. Dengan catatan investasi tersebut juga bisa memberdayakan masyarakat sekitar, bukan hanya untuk mencari untung semata yang mengakibatkan masyarakat setempat jadi penonton.

"Jadi siapapun tanpa kecuali, kita terbuka dengan investasi namun dengan catatan bisa menyejahterakan masyarakat sekitar," terangnya.

Baca Juga: Hotel Little Tokyo Terdaftar Sebagai Anggota PHRI Bantul

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya