Libur dan Cuti Lebaran, Okupansi Hotel di Bantul Rendah

Tingkat hunian hotel hanya mencapai 65-75 persen

Intinya Sih...

  • Tingkat hunian hotel selama libur Lebaran hanya mencapai 65-75 persen dari target 85 persen.
  • Prediksi jumlah pemudik yang tinggi tidak sesuai dengan kenyataan, faktor-faktor seperti kebosanan destinasi dan preferensi homestay memengaruhi penurunan tingkat hunian hotel.
  • Para pemudik juga sengaja tidak berlibur selama libur Lebaran karena selisih waktu antara libur Lebaran dan libur panjang sekolah tidak terlalu jauh.

Bantul, IDN Times - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bantul mengungkapkan bahwa selama libur dan cuti Lebaran 2024, tingkat hunian kamar hotel tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar 85 persen. Kenyataannya, tingkat hunian hanya berkisar antara 65 hingga 75 persen.

1. Target tingkat hunian hotel mencapai 85 persen

Libur dan Cuti Lebaran, Okupansi Hotel di Bantul Rendahilustrasi little tokyo jogja (instagram.com/litto_jogja)

Ketua PHRI Bantul, Yohanes Hendra Dwi Utomo, mengatakan pada awalnya pihaknya cukup gembira dengan prediksi jumlah pemudik atau wisatawan yang menuju DIY mencapai lebih dari 11 juta orang dan di Bantul sebanyak 3,5 juta orang.

"Awalnya dengan jumlah perkiraan pemudik ke Bantul mencapai 3,5 juta orang dipastikan kamar hotel akan ludes dipesan wisatawan. Namun kenyataannya meleset jauh dari perkiraan awal. Tingkat hunian hotel hanya sekitar 65-75 persen saja," ungkapnya, Selasa (16/5/2024).

Ia menyebut PHRI kena prank pada pada Lebaran 2024, seperti kondisi Lebaran tahun lalu yang tak jauh berbeda. "Harapan kita sudah tinggi ini karena pemudiknya akan banyak namun kenyataannya di luar dari harapan kita," ucapnya.

2. Sejumlah faktor penyebab tingkat hunian hotel rendah

Libur dan Cuti Lebaran, Okupansi Hotel di Bantul RendahVilla Jogja Senang (instagram.com/jogjasenang)

Menurut Hendra, ada sejumlah faktor yang diduga membuat tingkat hunian kamar hotel tidak sesuai dengan target. Salah satunya, wisatawan sudah bosan dengan destinasi yang itu-itu saja di Kabupaten Bantul.

"Bisa saja pemudik memilih berlibur di wilayah Jawa Tengah yang saat ini banyak destinasi wisata yang baru," tuturnya.

Hendra mengatakan bahwa para pemudik kini cenderung memilih vila atau homestay dekat objek wisata sebagai tempat menginap, bukan lagi hotel. Menurutnya, homestay banyak menawarkan pelayanan yang sebanding dengan hotel bintang, namun dengan harga yang lebih terjangkau.

"Di Gunungkidul saat ini marak berdiri vila-vila yang tak jauh dari objek wisata dengan tarif kamar yang lebih murah dari tarif kamar hotel," tuturnya.

Di sisi lain, para pemudik ini sengaja tidak memilih berlibur selama libur Lebaran karena selisih waktu antara libur Lebaran dan libur panjang sekolah tidak terlalu jauh. Mereka mungkin memilih untuk berlibur saat libur panjang sekolah berikutnya.

"Saat ini pemudik hanya pulang kampung untuk silaturahmi dan kembali lagi ke kota tempat mereka bekerja. Kemudian setelah libur sekolah baru mengajak keluarga berwisata," tuturnya. 

"Ya kan selama ini sebagian besar wisatawan yang datang ke Bantul adalah rombongan pelajar," tambahnya lagi.

Baca Juga: Angka Kunjungan Wisatawan ke Bantul saat Lebaran Turun 

3. Perlu upaya tingkatkan jumlah kunjungan wisatawan

Libur dan Cuti Lebaran, Okupansi Hotel di Bantul RendahKunjungan wisatawan di Pantai Parangtritis.(IDN Times/Daruwaskita)

Lebih jauh Hendra menyebut turunnya jumlah wisatawan hampir di seluruh DIY ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan stakeholder terkait. Perlu ada upaya agar kunjungan wisatawan meningkat.

"Ini juga untuk menyongsong beroperasinya Kelok 18 dan Jembatan Srandakan 2 yang diperkirakan akan dibuka pada tahun 2026 yang akan datang," ujarnya.

Baca Juga: Usai Libur Lebaran, PHRI DIY Andalkan Paket Syawalan

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya