Lestarikan Budaya, Warga Ngireng-Ireng  Gelar Tradisi Ruwatan Sukerto

Tradisi Ruwatan Sukerto sudah jarang digelar

Bantul, IDN Times - Masyarakat Padukuhan Ngireng-Ireng, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Bambanglipuro, bersama Sanggar Budaya Cendana Ngireng-Ireng menggelar acara Ngleluri Budhoyo Jawi Ngrawat Bumi' pada Sabtu (2/12/2023). Kegiatan itu ditandai dengan melaksanakan tradisi Wiwitan, Ruwat Sukerto, dan Wayang Kulit.

Acara 'Ngleluri Budhoyo Jawi Ngrawat Bumi' diawali dengan kirab budaya. Dalam kirab warga membawa sesaji berupa ayam ingkung dan makanan pelengkapnya. Ada juga gunungan yang berisi hasil bumi masyarakat Padukuhan Ngireng-Ireng. 

Ikut dikirab belasan anak-anak yang mengikuti tradisi Ruwat Sukerto dengan menggunakan pakaian serba putih. Kirab diadakan dengan berkeliling kampung.

Sesampainya di lokasi yang digunakan untuk acara 'Ngleluri Budhoyo Jawi Ngrawat Bumi,' ingkung bersama dengan sesajian lainnya termasuk gunungan di doakan oleh pimpinan umat lintas agama dari Islam, Katolik, dan Kristen.

1. Lestarikan budaya Jawa melalui tradisi wiwitan, ruwatan sukerto dan wayang kulit

Lestarikan Budaya, Warga Ngireng-Ireng  Gelar Tradisi Ruwatan SukertoKetua Sanggar Budaya Cendana Ngireng-Ireng, Y. Ari Prabowo.(IDN Times/Daruwaskita)

Ketua Sanggar Budaya Cendana Ngireng-Ireng, Y. Ari Prabowo, mengatakan kegiatan 'Ngleluri Budhoyo Ngrawat Bumi' sudah yang ketiga kalinya digelar oleh masyarakat Padukuhan Ngireng-Ireng. Acara itu digelar untuk melestarikan seni tradisi budaya nenek moyang.

"Kita ingin melestarikan budaya Jawa melalui wiwitan, ruwatan Sukerto dan wayang kulit," ungkapnya, Sabtu (2/12/2023).

2. Makna dari tradisi wiwitan

Lestarikan Budaya, Warga Ngireng-Ireng  Gelar Tradisi Ruwatan SukertoFestival Budaya Wiwitan di Kabupaten Bantul. (IDN Times/Daruwaskita)

Tradisi wiwitan, kata Ari, memiliki arti memulai segala sesuatu dengan doa atau berdoa yang merupakan bentuk rasa syukur atas semua limpahan karunia dari Tuhan.

"Tradisi wiwitan juga identik dengan upacara tradisi yang digelar oleh petani sebelum mereka memanen tanaman padinya," ucapnya.

3. Ruwatan sukerto merupakan tradisi yang langka

Lestarikan Budaya, Warga Ngireng-Ireng  Gelar Tradisi Ruwatan SukertoTradisi Ruwatan Sukerto yang digelar oleh masyarakat Padukuhan Ngireng-Ireng, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul.(IDN Times/Daruwaskita)

Sedangkan tradisi ruwatan sukerto merupakan ritual Jawa untuk pembersihan diri. Prosesi untuk membersihkan diri dari sukerto (kotoran jiwa, aura negatif dan spirit jahat) yang disebabkan dosa yang menghalangi kesuksesan atau penyebab hidup seseorang menjadi gelisah. Prosesi ini berisi doa dan harapan agar dalam menjalani hidup dibebaskan dari sukerto atau kesialan dan juga sempurna menjadi putra-putri Jawa.

"Salah satu syarat seorang dalang yang bisa memimpin ruwatan sukerto adalah dalang yang merupakan trah dalang dan sudah memiliki cucu," ucapnya.

Dalam ruwatan ini diikuti sekitar 17 anak-anak yang berasal dari Padukuhan Ngireng-Ireng dan sekitarnya. Mereka melaksanakan sungkeman kepada orang tuanya.

"Anak-anak yang menjalani Ruwatan Sukerto adalah anak tunggal, anak dua perempuan semuanya, anak dua laki-laki, anak laki perempuan laki perempuan serta sendang kapit pancuran yakni laki-laki perempuan laki-laki," ucapnya.

"Tradisi ini sangat jarang dilakukan oleh masyarakat sehingga kita mencoba mengembalikan tradisi Ruwatan Sukerto yang tujuannya sangat bagus bagi anak-anak dan juga orang tua," ujarnya.

4. Digelar pagelaran wayang kulit semalam suntuk

Lestarikan Budaya, Warga Ngireng-Ireng  Gelar Tradisi Ruwatan SukertoIlustrasi wayang kulit. IDN Times/ istimewa

Sebagai acara penutupnya adalah pagelayan wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Wahyu Makutho Romo. Lakon itu memiliki makna agar manusia bisa menyempurnakan hidup di bumi.

"Wayang kulit semalam suntuk ini akan menghadirkan dalang Ki Dalang Sutikno Hadi Maryono dengan bintang tamu Rini Widyastuti dan Mbah Kantong," katanya. 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya