Isu Megathrust, Angka Wisatawan Pantai Selatan Bantul Anjlok

Tidak ada larangan wisatawan berwisata ke pansela Bantul

Intinya Sih...

  • Penerbitan surat edaran oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyebabkan penurunan jumlah wisatawan di pantai selatan Bantul.
  • Informasi simpang siur dari BMKG mengenai potensi gempa megathrust membuat wisatawan semakin takut untuk berkunjung ke pantai, meskipun surat edaran ditujukan untuk wilayah pantai selatan Jawa Tengah.
  • Pemilik rumah makan seafood di Pantai Depok, Bantul, mengeluhkan penurunan drastis jumlah wisatawan yang ingin menikmati kuliner seafood setelah informasi tentang potensi gempa megathrust dan tsunami keluar.

Bantul, IDN Times - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerbitkan Surat Edaran Nomor 360.0/2094 terkait Langkah dan Upaya Kesiapsiagaan Seluruh Instansi dan Masyarakat terkait Ancaman Megathrust pada 28 Agustus 2024 lalu. SE ini disebut sebagai salah satu pemicu turunnya jumlah wisatawan di objek wisata pantai selatan Bantul.

1. Informasi BMKG dan SE Pemprov Jateng bikin takut wisatawan

Isu Megathrust, Angka Wisatawan Pantai Selatan Bantul AnjlokIlustrasi wisatawan memadati Pantai Parangtritis, Bantul, DI Yogyakarta. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Subkoordinator Kelompok Substansi Promosi Kepariwisataan Dinas Pariwisata Bantul, Markus Purnomo Aji, mengungkapkan bahwa simpang siur informasi dari BMKG mengenai potensi terjadinya gempa megathrust telah berdampak cukup signifikan pada penurunan jumlah wisatawan ke objek wisata pantai di Bantul. Situasi ini diperparah dengan adanya surat edaran dari Sekda Jawa Tengah yang membuat wisatawan semakin takut untuk berkunjung ke pantai, meskipun surat edaran tersebut sebenarnya ditujukan untuk wilayah pantai selatan Jawa Tengah.

"Penurunan wisatawan sangat terasa sekali. Pada Sabtu (24/8/2024) sebelum surat edaran dikeluarkan oleh Sekda Jateng, jumlah kunjungan wisatawan ke Pantai Parangtritis mencapai 8.162 orang. Sedangkan usai surat edaran keluar pada tanggal 28/8 kunjungan wisatawan pada Sabtu (31/8/2024) turun menjadi 5.664 orang," ujarnya, Senin (9/9/2024).

2. Tidak ada pihak dan alat yang bisa memprediksi kapan gempa megathrust bakal terjadi

Isu Megathrust, Angka Wisatawan Pantai Selatan Bantul Anjlokilustrasi gempa bumi (pexels.com/Sonny Vermeer)

Ipung, sapaan akrab Markus Purnomo Aji, mengakui tidak bisa berbuat banyak terkait dampak dari surat edaran Sekda Jawa Tengah mengenai potensi gempa megathrust yang berpotensi tsunami jika terjadi di laut. Meski begitu, ia menegaskan bahwa tidak ada pihak yang bisa meramal terjadinya gempa, apalagi gempa megathrust di laut selatan Jawa.

"Surat edaran Sekda Jateng dan informasi dari BMKG itu sifatnya mengingatkan agar masyarakat lebih waspada dan tidak melarang wisatawan berkunjung atau berwisata ke pantai. Itu sepemahaman saya," tandasnya.

Menurutnya, ketakutan wisatawan untuk berwisata ke pantai adalah hal yang wajar. "Namun demikian, informasi baik yang resmi maupun di media sosial seharusnya dicermati dengan baik," tambahnya.

Baca Juga: Pertengahan 2024, Target PAD Pariwisata Bantul Baru Capai 41,9 Persen

3. Pemilik rumah makan seafood akui kunjungan menurun drastis

Isu Megathrust, Angka Wisatawan Pantai Selatan Bantul AnjlokWisatawan menikmati menu kuliner seafood di Pantai Depok, Bantul. (IDN Times/Daruwaskita)

Sementara, salah satu pemilik rumah makan seafood di Pantai Depok, Bantul, Dardi Nugroho, mengatakan bahwa informasi tentang potensi gempa megathrust dan tsunami sangat merugikan pelaku usaha seafood setempat. Diakuinya, jumlah wisatawan yang ingin menikmati kuliner seafood turun drastis.

"Sebelum ada informasi tentang potensi gempa megathrust dan tsunami di laut selatan Jawa, setiap akhir pekan kami bisa mendapatkan 10 hingga 15 rombongan atau sekitar 100 wisatawan. Namun, setelah informasi itu keluar, rombongan wisatawan yang datang bisa dihitung dengan jari," ungkapnya.

Dardi menjelaskan bahwa kondisi pantai selatan Bantul saat ini masih normal dengan pasang surut yang biasa. Menurutnya, informasi mengenai potensi gempa megathrust dan tsunami bukanlah hal baru bagi pelaku usaha di kawasan wisata pantai, karena mereka telah mendapatkan sosialisasi terkait potensi bencana tersebut dan jalur-jalur evakuasi sudah disiapkan jika bencana yang tak bisa diprediksi itu terjadi.

"Saya kira informasi dari BMKG untuk mengingatkan kembali kepada seluruh masyarakat, pelaku jasa wisata dan wisatawan untuk lebih waspada jika gempa megathrust sewaktu-waktu terjadi dan bukan melarang berwisata ke pantai," ucapnya.

Baca Juga: BMKG DIY Catat 173 Kegempaan di Zona Megathrust Gunungkidul

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya