Ikan Tak Lagi Diharapkan, Nelayan Bantul Nyambi Jadi Petani dan Dagang

Jumlah tangkapan ikan di Pantai Selatan menurun 

Bantul, IDN Times - ‎Sebanyak 381 warga Kabupaten Bantul menggantungkan hidup dari laut dengan melakukan pekerjaan sebagai nelayan. Namun saat ini hasil mencari ikan tidak diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, para nelayan harus menambah penghasilan sebagai petani dan berdagang. 

Minimnya penghasilan para nelayan paling dirasakan saat paceklik tangkapan, biasanya berlangsung mulai dari bulan April hingga Agustus.

1. Penuhi kehidupan sehari-hari, nelayan menjadi pedagang dan bertani

Ikan Tak Lagi Diharapkan, Nelayan Bantul Nyambi Jadi Petani dan DagangSalah satu nelayan Pantai Samas, Tri Jarwanto sedang memanaskan mesin kapal tempel.(IDN Times/Daruwaskita)

Kepala Bidang Perikanan Tangkap dan Budidaya, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Bantul, Kristanto Kurniawan mengatakan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan di Bantul dengan cara diversifikasi usaha nelayan. Hal ini dilakukan karena nelayan tidak bisa terus menerus melaut selama 12 bulan.

"Saat musim peceklik yang hampir enam bulan lamanya, nelayan di Bantul biasanya beralih menjadi petani di lahan pasir atau menjadi pedagang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga kita berikan pelatihan diversifikasi usaha bagi nelayan agar dapur tetap mengepul," ungkapnya.

"Kalau toh ada nelayan yang nekat melaut dalam cuaca yang kurang bersahabat, sebagian besar dilakukan oleh nelayan pendatang yang kebanyakan berasal dari Kebumen atau Cilacap, Jawa Tengah. Mereka nekat melaut, jika tidak ya gak bisa makan," ungkapnya.

2. Berikan pelatihan pembuatan kapal dan perbaikan mesin perahu

Ikan Tak Lagi Diharapkan, Nelayan Bantul Nyambi Jadi Petani dan DagangPerahu jukung milik nelayan di Pantai Depok usai melaut. IDN Times/Daruwaskita

Sub Koordinator Pemberdayaan Nelayan dan Perikanan Tangkap, Dinas Keluatan dan Perikanan (DKP) Bantul, Pramahdiansyah mengatakan program dari DKP DIY untuk meningkatkan pendapatan di antaranya hibah alat tangkap, pelatihan perbaikan perahu dan mesin.  

"Selama ini ketika mesin tempel rusak, untuk memperbaikinya harus dibawa ke Cilacap Jawa Tengah. Sedangkan untuk pembuatan kapal jukung selama juga dipasok pengusaha kapal jukung dari Cilacap," papar Pramahdiansyah. 

"Kita berusaha bagaimana nelayan di Bantul tidak saja terjun melaut menangkap ikan,  namun juga bisa menjadi bengkel mesin perahu jukung bahkan bisa memproduksi sendiri kapal jukung untuk kebutuhan nelayan di Bantul dan luar Bantul," imbuhnya.

Baca Juga: Baru Melaut, Nelayan Pantai Bantul Malah Merugi   

Baca Juga: Gelombang 4 Meter, Nelayan di Pantai Kawasan Bantul Nekat Melaut

3. Hasil tangkapan nelayan turun terus menerus

Ikan Tak Lagi Diharapkan, Nelayan Bantul Nyambi Jadi Petani dan DagangNelayan di Pantai Samas memamerkan Ikan bawal laut tangkapannya. (IDN Times/Daruwaskita)

Hasil tangkapan nelayan Bantul dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Tahun 2021, jumlah tangkapan ikan mencapai lebih dari 100 ton. Pada 2022 turun menjadi 60 ton dan pada triwulan pertama tahun 2023 ini hasil tangkapan ikan lebih rendah dibandingkan pada triwulan pertama di tahun 2022.

"Kondisi alam sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan. Tahun 2023 kurang bersabat dengan nelayan, hingga hasil tangkapan juga turun bahkan nelayan enggan melaut karena nombok terus," ucapnya.

Pramahdiansya berharap pelatihan yang diberikan memunculkan harapan bagi nelayan Bantul untuk bisa produktif saat masa paceklik. Adanya dermaga baru yang dibangun di Pantai Gesing, Gunungkidul dapat dimanfaatkan nelayan Bantul bisa melaut tanpa terkendala musim dan gelombang pasang. 

Baca Juga: 9 Masjid Jogja Bagi Takjil Gratis, Ribuan Porsi Dibagikan Tiap Hari

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya