FKOR DIY Merangkul Ormas dan Relawan untuk Kemanusiaan

Pandangan buruk ormas di Yogyakarta mulai bergeser

Yogyakarta, IDN Times - ‎Keberadaan organisasi kemasyarakatan (ormas) kerap kali dipandang negatif oleh masyarakat. Ormas dianggap banyak dimanfaatkan oleh orang yang punya duit untuk menjadi beking. Bahkan, ormas juga kerap dianggap sebagai preman pembuat onar atau kedok untuk mencari duit dengan cara yang tidak halal. 

Lantas, bagaimana pendapat Forum Komunikasi Ormas dan Relawan (FKOR) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terkait adanya sentimen negatif terhadap ormas?

Baca Juga: 5 Fakta Tentang Ormas, Sudah Ada Sebelum Indonesia Merdeka

1. Beberapa tahun silam keberadaan ormas di mata masyarakat masih negatif‎

FKOR DIY Merangkul Ormas dan Relawan untuk KemanusiaanKetua FKOR DIY, Waljito. IDN Times/Daruwaskita

Sekretaris FKOR DIY, Waljito, tak menampik terkait adanya sentimen negatif terhadap ormas. Namun, menurutnya pandangan tersebut sudah mulai berubah di Yogyakarta.

"Pandangan negatif masyarakat kepada ormas itu terjadi dalam beberapa tahun yang silam. Namun, kini masyarakat Yogyakarta mulai berubah dan memberikan respons yang positif dengan keberadaan ormas yang ada di tengah masyarakat," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (11/2/2022).

2. FKOR DIY hadir merangkul ormas dan relawan untuk bergerak di bidang kemanusiaan‎

FKOR DIY Merangkul Ormas dan Relawan untuk KemanusiaanIlustrasi bantuan kemanusiaan dari ormas. (IDN Times/Ervan)

Keberadaan ormas di Yogyakarta sendiri, kata Waljito, saat ini justru bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan. Dalam artian, mereka justru membantu masyarakat, terutama yang mengalami kesusahan akibat tertimpa musibah ataupun bencana.

"Toh kalaupun ada ormas memberikan 'backup' tertentu dengan imbalan tertentu ada namun itu sangat kecil dan cara kerja ormas ini juga rapi sehingga tidak meresahkan masyarakat," ungkapnya.

FKOR DIY sendiri, sambungnya, menjadi wadah bagi 40-an lebih ormas dan relawan yang ada di DIY. Menurutnya, karena itu keberadaan ormas yang dulu dinilai negatif bisa diredam, karena ada pihak yang mengingatkan jika ada ormas yang bertindak kurang baik di mata masyarakat.

"Kan di FKOR semua pimpinan ormas saling kenal sehingga ada untuk saling mengingatkan, tidak ada lagi rivalitas yang tidak sehat antarormas. Sedikit banyak ormas yang eksklusif, arogan dengan ormas lain bisa diredam," ungkapnya.

Baca Juga: Suarakan Nasionalisme, FKOR Gelar Aksi Damai di STIE Hamfara Bantul

3. Ormas bersinergi dengan pengusaha dan donatur untuk kegiatan kemanusiaan

FKOR DIY Merangkul Ormas dan Relawan untuk KemanusiaanPembina FKOR DIY tabur benih ikan di Sungai Balik, Pleret, Bantul. (IDN Times/Daruwaskita)

Waljito melanjutkan, ormas di Yogyakarta yang sebagian besar bergerak untuk kemanusiaan banyak mendapatkan dukungan dari masyarakat, termasuk dari kalangan pengusaha. Oleh karenanya, mereka tidak sukar mencari sumber pembiayaan untuk kegiatan organisasi.

"Ya dengan kegiatan yang positif di bidang kemanusiaan, banyak pihak yang memberikan dukungan baik bantuan barang ataupun uang yang nantinya bisa disalurkan kepada masyarakat. Ndak ada istilah memalak pedagang, masyarakat kecil untuk operasional sebuah ormas. Bahkan anggota ormas rela bantingan untuk kegiatan sosial," ucapnya.

Di sisi lain, ormas yang terdaftar ke Kesbangpol kan setiap tahunnya juga dapat dana dari pemerintah.

"Pihak swasta juga sangat mudah diajak untuk bersinergi dan saling membantu," tambahnya.

Menurut Waljito, kalaupun ada gesekan pada ormas, umumnya justru terjadi dalam internal ormas itu sendiri, yang dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk tujuan tertentu. Namun, gesekan antarormas sangat kecil terjadi karena pimpinan ormas selalu berkomunikasi dalam wadah FKOR.

"Yang perlu diwaspadai itu adalah gesekan ormas yang keberadaan ormas itu bagian dari dari partai politik. Di Yogyakarta ketika parpol menggelar acara pasti ada gesekan antarormas pendukung parpol. Itu saja yang perlu kita waspadai," ujarnya.

Selain itu, kata dia, yang juga perlu diwaspadai adalah orang-orang yang memanfaatkan ormas untuk tujuan tertentu. Seperti gerakan antikemapanan, gerakan intoleransi, maupun yang menginginkan disintegrasi.

"Ya kita selalu menanamkan dan mengingatkan kepada ormas agar hati-hati dimanfaatkan orang yang tak bertanggung jawab itu," paparnya.

4. Kegiatannya positif, makin banyak anak muda yang bergabung

FKOR DIY Merangkul Ormas dan Relawan untuk KemanusiaanOrmas dan relawan turut terlibat dalam pengamanan misa Natal dan kampanyekan 3M. IDN Times/Daruwaskita

Waljito menuturkan, sepak terjang ormas yang bergerak dalam bidang sosial, membuatnya dilirik oleh anak muda. Tak sedikit generasi Millennial ataupun Gen Z yang tertarik bergabung dengan FKOR.

DIa mencontohkan, ketika ada kasus klitih yang marak di Yogyakarta beberapa waktu lalu, anak muda di Yogyakarta membentuk sebuah komunitas bernama Jawil Jundil yang bertujuan menjaga keamanan Yogyakarta dari klitih. Tak sedikit anggotanya yang merupakan mantan pelaku klitih yang telah menjalani pembinaan.

"Dulu kelompok yang dituding barbar kini bersinergi dengan aparat kepolisian untuk menjaga keamanan Yogyakarta. Mereka juga ikut patroli pengamanan di Yogyakarta. Kegiatan-kegiatan yang mengarah ke kemanusiaan ini membuat generasi muda ini semakin tertarik untuk bergabung dengan ormas," pungkasnya.‎

Baca Juga: Atasi Klitih, Sosiolog UGM Minta Akar Masalah Pelaku harus Diketahui  

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya