Erix Soekamti kembangkan sekolah animasi gratis, Does University sejak tahun 2016. (Instagram/doesofficil)
Hampir 10 tahun berjalan, Erix tidak menampik dalam mengembangkan pendidikan tidak lepas ada dinamika. “Jadi sama-sama belajar sih. Tiap generasi kan karakter beda-beda itu saja. Gak mungkin bisa sakklek (kaku) kayak yang zaman dulu. Jadi mentor harus belajar terus juga. Treatment pasti beda, generasinya beda-beda,” ungkap Erix.
Para alumni dengan segudang prestasi telah dilahirkan Does University. “Alumni paling jauh ya di Pixar, ada juga yang di Jepang, Singapura banyak. Batam, semua studio kalau dibilang dari Jakarta sampai Bali pasti ada alumni,” ungkapnya.
Diketahui beberapa alumni Does University menggarap film animasi Jumbo yang mendapat sambutan baik dari masyarakat, Erix pun meyakini bisa memicu industri film animasi di Indonesia.
“Kemarin kan setelah Sopo Jarwo itu turun karena banyak film animasi dari luar. Jumbo ini menurutku bisa jadi trigger untuk film animasi nasional itu bisa mendapat trust dari penontonnya,” ujar Erix.
Erix menilai talenta dari Indonesia tidak kalah bersaing dengan SDM dari luar negeri. Meski diakuinya juga di dalam negeri saat ini masih kalah industri dan peralatan pendukung. Erix mengaku akan terus mengembangkan Does University.
“Rencana mau pindah dulu ke Menoreh (Kulon Progo), karena pengin lebih proper melayani anak-anak lebih banyak. Syukur-syukur pengembangan teknologi lain. Tempat baru lebih memungkinkan. Gak cuma animasi, UI/UX design ada sekolah AI, banyak. Yang sekolah belum ada sarjana, aku fokus di situ,” ungkap Erix.