Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bunga layu (unsplash.com/Alexander Grey)
ilustrasi bunga layu (unsplash.com/Alexander Grey)

Intinya sih...

  • Bunuh diri dipengaruhi oleh faktor sosial, psikologis, dan ekonomi

  • Perempuan dengan peran ganda rentan terhadap tekanan mental dan stigma sosial

  • Pentingnya layanan psikologis yang mudah diakses bagi perempuan untuk pencegahan bunuh diri

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times - Akhir-akhir ini, pemberitaan mengenai kasus bunuh diri makin sering muncul di berbagai platform, mulai dari media sosial hingga media massa dan elektronik. Kian menambah patah hati, banyak di antaranya korbannya adalah perempuan. Meski begitu, perhatian masyarakat atas berita senada tak pernah bertahan lama dan segera terlupakan, tergantikan dengan kabar lain tanpa ada solusi pencegahan yang berarti. Dan jika merunut ke belakang, kasus yang terjadi belakangan ini menunjukkan bahwa tekanan ekonomi menjadi salah satu momok, terutama yang dialami oleh perempuan atau ibu rumah tangga.

Perempuan, terutama para ibu, sering kali harus menanggung tanggung jawab ganda dalam keluarga. Bukan hanya mengelola keuangan, mereka juga dituntut untuk merawat anak-anak, menjaga kehormatan keluarga, hingga menghadapi ancaman dari penagih utang serta tekanan sosial. Dalam situasi ekonomi yang sulit, beban paling berat pun akhirnya jatuh pada pundak mereka.

1. Ada banyak alasan dari bunuh diri, termasuk sosial, psikologis, dan ekonomi

ilustrasi depresi (pexels.com/Kaboompics.com)

Psikolog sekaligus Manajer Center for Public Mental Health (CPMH) UGM, Nurul Kusuma Hidayati, mengungkapkan bahwa fenomena bunuh diri tidak lepas dari berbagai faktor yang melatarbelakangi. Hal ini bisa terdiri dari sosial, psikologis, juga ekonomi. Namun demikian, secara umum kasus bunuh diri bisa disebabkan karena adanya tekanan hidup yang luar biasa sehingga tidak bisa lagi dikelola dengan baik oleh seseorang.

“Tekanan hidup yang luar biasa bisa menimpa siapapun, baik yang sifatnya kronis atau yang akut,” ungkap Nurul pada Jumat (19/9/2025) dilansir dari laman resmi UGM.

Nurul mengungkapkan bahwa bagi perempuan, menjalani peran ganda sebagai ibu, istri, dan bahkan masih menjadi pencari nafkah utama dapat menjadi salah satu faktor pemicu yang signifikan.

“Beban yang berlipat sebagai penanggung peran ganda berpotensi menyebabkan individu berada di titik yang sangat rendah”, jelasnya.

2. Tekanan yang dirasakan perempuan dengan peran ganda menambah rentan kesehatan mental

ilustrasi perempuan (unsplash.com/@melonbelon)

Ketika tekanan yang dirasakan ditambah dengan stigma sosial, tuntutan standar norma masyarakat, sampai dengan masalah ekonomi, kesehatan mental akan menjadi rentan terganggu dan bisa menambah potensi untuk melakukan tindakan-tindakan ekstrem, termasuk bunuh diri sebagai jalan keluarnya.

Nurul juga menyebutkan, ada beberapa alasan utama fenomena bunuh diri dari sisi kesehatan mental. Stress negatif yang tinggi dan kecemasan berlebih akhirnya membuat individu yang bersangkutan merasa gelisah hingga overthinking terhadap semua hal sehingga memperburuk kondisi mentalnya. Belum lagi jika ditambah tata kelola emosi dan pikiran yang tidak matang akan menyebabkan tekanan dari masalah menjadi semakin berat dan terasa sulit buat dikendalikan lagi.

"Pikiran putus asa dan tiada harapan yang membuat individu merasa tidak ada lagi yang bisa dilakukan dan diharapkan untuk bisa membantunya mencari solusi,” katanya.

Selain beberapa faktor barusan, sosial budaya yang banyak dipertontonkan di dunia digital merupakan hal yang baiknya dicermati dengan seksama. Terutama soal pola interaksi yang berkembang di dunia digital khususnya media sosial dapat berkontribusi secara signifikan pada kondisi kesehatan mental seseorang.

Copycat suicide misalnya, atau tindak bunuh diri karena terpapar berita atau informasi tentang bunuh diri orang lain adalah hal yang sangat potensial terjadi karena pertukaran informasi dan budaya di dunia digital yang semakin tidak terkendali,” terang Nurul.

3. Pentingnya adanya layanan psikologis yang mudah diakses bagi perempuan

ilustrasi perempuan (unsplash.com/@msameim181)

Nurul menuturkan bahwa upaya pencegahan bunuh diri membutuhkan pendekatan secara menyeluruh dan tidak bisa mengandalkan satu sisi saja. Ia menyoroti pentingnya meningkatkan literasi mengenai kesehatan mental supaya masyarakat memiliki kepekaan terhadap kondisi psikologis diri sendiri juga orang di sekitarnya, sehingga kemampuan dalam mendeteksi dini tentang gangguan kesehatan mental dengan baik.

Di sisi lain, ia turut menekankan pentingnya adanya layanan psikologis yang mudah diakses, terutama bagi perempuan agar mereka semakin kuat dan mandiri. Menurut Nurul, perlunya adanya perubahan stigma sosial, salah satunya dengan mengganti narasi yang ada menjadi lebih empatik dan mendukung.

“Media dan figur publik seperti orang berpengaruh di masyarakat memiliki peran penting dalam mengubah narasi negatif mengenai perempuan dan segala bebannya,” tutup Nurul.


Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.

Saat ini, tidak ada layanan hotline atau sambungan telepon khusus untuk pencegahan bunuh diri di Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia pernah meluncurkan hotline pencegahan bunuh diri pada 2010. Namun, hotline itu ditutup pada 2014 karena rendahnya jumlah penelepon dari tahun ke tahun, serta minimnya penelepon yang benar-benar melakukan konsultasi kesehatan jiwa.

Walau begitu, Kemenkes menyarankan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.

Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima RS Jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:

RSJ Amino Gondohutomo Semarang | (024) 6722565

RSJ Marzoeki Mahdi Bogor | (0251) 8324024, 8324025

RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta | (021) 5682841

RSJ Prof Dr Soerojo Magelang | (0293) 363601

RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang | (0341) 423444

Selain itu, layanan konseling kesehatan jiwa juga tersedia di rumah sakit umum, puskesmas, biro psikologi, dan juga melalui online. terdapat pula beberapa komunitas di Indonesia yang secara swadaya menyediakan layanan konseling sebaya dan support group online yang dapat menjadi alternatif bantuan pencegahan bunuh diri dan memperoleh jejaring komunitas yang dapat membantu untuk gangguan kejiwaan tertentu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team