Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
CTO Coding Collective & Dirut PT Kode Kolektif Indonesia, Abdul Latif Ikhlasul Mukmin (kanan). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Intinya sih...

  • Kemendikdasmen menjadikan coding dan AI sebagai mata pelajaran pilihan
  • Abdul menambahkan pentingnya koneksi antara dunia industri dan akademisi
  • Bahasa Inggris menjadi kendala utama talenta teknologi Indonesia untuk bersaing di kancah internasional

Yogyakarta, IDN Times - Langkah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk menjadikan coding dan AI sebagai mata pelajaran pilihan dinilai langkah yang baik. Selanjutnya dari pendidikan dasar yang diperoleh, kemampuan siswa bisa dikembangkan di dunia industri untuk mengejar ketertinggalan saat ini.
 
“Sangat tepat (pendidikan tentang coding dan AI), yang menjadi dasar memang pemerintah dari dunia pendidikan. Dunia pendidikan, akademis dasar bagi para pelajar sangat penting sekali,” ungkap CTO Coding Collective & Dirut PT Kode Kolektif Indonesia, Abdul Latif Ikhlasul Mukmin, di Jogja Coding House (JCH) by Coding Collective, Umbulharjo, Yogyakarta, Jumat (9/5/2025).

1.Dunia pendidikan perlu mengenalkan coding dan ai

Ilustrasi fakta AI dalam dunia kesehatan. (Pinterest/Destination Santé)

Abdul menambahkan setelah itu para pelajar bisa dikenalkan dengan dunia industri. Antara dunia industri dan akademisi selanjutnya bisa saling berkolaborasi. Membangun sebuah koneksi, tanpa koneksi menurutnya akan sulit untuk berkembang.
 
Abdul berharap kehadiran JCH juga bisa menjadi wadah membangun kolaborasi dan koneksi. Hadirnya JCH tidak hanya menjadi co-working space, tetapi juga menjadi communal space. “Kami ingin industri, start up, komunitas bisa connect di sini, gak cuma tempat nongkrong,” ungkap Abdul.
 
Abdul mengatakan hadirnya JCH bisa menjadi peluang baru. Ia mencontohkan mulai terbuka peluang antara industri farmasi dengan industri AI. “Dari Jogja kami yakini bisa berkembang, bisa kita tunjukkan talenta kita,” ujar Abdul.

2.Tantangan pengembangan SDM pada bidang teknologi

Peresmian Jogja Coding House (JCH) by Coding Collective, Umbulharjo, Yogyakarta, Jumat (9/5/2025). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Abdul juga tidak menampik saat ini talenta dibidang teknologi dari Indonesia masih kalah oleh sejumlah negara lain. Ia mencontohkan negara India dan Vietnam yang perkembangannya luar biasa. Salah satu yang menjadi tantangan atau kendala berkembangnya talenta dari Indonesia disebut Abdul adalah bahasa inggris.
 
Kemampuan bahasa Inggris masyarakat Indonesia masih perlu diasah sehingga bisa bersaing di kancah internasional. “Bahasa Inggris menjadi kendala. Kami ada program juga untuk bahasa Inggris, membantu anak muda berkomunikasi dengan orang-orang di luar sana. Tidak hanya jago kandang, mengaku paling hebat banyak, bagaimana kalau di ranah internasional?” kata Abdul.

3.Siswa akan dibekali kemampuan coding dan AI

ilustrasi pelajar(IDN Times/Mardya Shakti)

Sebelumnya, Mendikdasmen, Abdul Mu’ti memaparkan program prioritas pendidikan guna mensukseskan program Asta Cita yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo. Inovasi program pendidikan oleh Kemendikdasmen disampaikan saat Konsolidasi Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2025 di PPSDM, Depok, Jawa Barat pada Selasa (29/4/2025). 

Program dan visi Kemendikdasmen, yakni Pendidikan Bermutu untuk Semua, dirancang untuk meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Mu'ti memaparkan program-program prioritas di antaranya pendekatan pembelajaran mendalam atau deep learning serta pelajaran coding dan kecerdasan buatan.

“Untuk menyiapkan generasi yang melek teknologi, Kemendikdasmen akan mengenalkan pelajaran coding dan kecerdasan artificial intelligence dalam kurikulum. Tujuannya adalah untuk meningkatkan literasi digital, meningkatkan kemampuan berpikir komputasional, meningkatkan pemanfaatan teknologi kecerdasan artifisial secara produktif dan bertanggung jawab. Opsi pembelajarannya sebagai mata pelajaran pilihan kelas 5 dan 6 SD, SMP, dan SMK atau SMA,” ujar Mu’ti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team