Yogyakarta, IDN Times - Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (GIPI DIY) menilai penetapan Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia oleh UNESCO, akan berdampak baik pada sektor pariwisata di DIY. GIPI memberikan catatan agar pencapaian tersebut dapat maksimal.
"Dampak harusnya sangat positif sekali, tapi semua kembali ke stakeholder pariwisata kita. Termasuk Pemda DIY sendiri," ujar Ketua GIPI DIY, Bobby Ardyanto Setyo Ajie, Selasa (3/10/2023).
Satu tahun pertama setelah penetapan, stakeholder pariwisata dan Pemda DIY harus melakukan perbaikan yang dinilai masih kurang. Dampak positif ini bisa dirasakan pada tahun 2024. "Semua perlu mempersiapkan satu tahun pertama ini, sebagai respon positif atas ketetapan UNESCO," ujar Bobby.
Ada sejumlah hal menurut Bobby yang perlu dipersiapkan, mulai dari penyiapan infrastruktur hingga masyarakat menurutnya masih perlu ada pembenahan. "Perlu ada langkah konkret kita bersama. Perlu roadmap yang jelas, itu jadi pekerjaan rumah kita," kata Bobby.
Dari segi masyarakat menurutnya menjadi tantangan yang cukup berat untuk memiliki rasa kepedulian terhadap Sumbu Filosofi. "Tantangan terbesar menyadarkan masyarakat memiliki rasa handarbeni (ikut melakukan tindakan sebagai seorang pemilik)," ungkap Bobby.
Termasuk dari wisatawan, perlu diedukasi agar ikut menjaga Sumbu Filosofi. Menurutnya sekuat apapun pemerintah atau stakeholder mencoba menata Sumbu Filosofi, jika tidak didukung masyarakat dan wisatawan, akan gagal.
Ditegaskan Bobby, satu tahun awal ini harus bisa dimanfaatkan. Jika tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, momentum penetapan Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia ini akan lewat begitu saja.
"Sebenarnya ini positif sekali momentum Sumbu Filosofi, menjadi balancernya Borobudur. Jadi momentum campaign positif ke dunia," ungkap Bobby.