Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Tunggul Kumoro

Yogyakarta, IDN Times - Hasil investigasi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan ditanggapi oleh mantan pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas.

Busyro mengatakan sedari awal merasa pesimis  dengan tim TGPF bentukan Polri ini.

"Aktivis masyarakat madani, maupun aktivis koalisi masyarakat anti korupsi, sudah kami perkirakan, perhitungkan sejak lama, yaitu tidak akan berhasil (mengungkap pelaku)," ujar Busyro di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Kamis (18/7).

1. Tak heran dengan hasil investigasi

IDN Times/Muhammad Iqbal

Busyro mengaku tak heran dengan hasil investigasi TGPF ini. Lantaran, aroma konflik kepentingan sudah terlanjur tercium dalam upaya pengungkapan kasus Novel.

"Melalui sistem yang rapuh, karena ada kebocoran atau conflict of interest, ada saling menyandera sejumlah orang tertentu di dalam, yang langsung tidak langsung terkait dengan teror terhadap novel yang hakikatnya teror terhadap KPK, teror terhadap sistem gerakan pemberantasan korupsi," imbuhnya.

Ia mengatakan, Polri memikul beban yang berat dalam usaha mengungkap kasus ini. Tekanan, menurutnya berasala dari dalam atau internal.

"Jadi kesimpulannya apa, TGPF ini itu karena yang diserang adalah KPK melalui Novel, dan itu simbol. Mengapa saya katakan simbol, begitu tidak ada kejujuran dari polri, kemudian rumah wakil ketua KPK di bom molotov," sebutnya.

"Kemudian penyidik KPK di Hotel Borobudur Jakarta dihajar sampai opname kasus Papua itu. Nah sudah ada manasik, simbol itu sudah menjadi realitas," ujarnya.

Sehingga, ia pun menilai pengungkapan kasus ini sulit untuk kemudian dipercayakan kepada Polri. 

2. Bentuk TGPF baru

Editorial Team

Tonton lebih seru di