Ilustrasi Bunuh Diri (IDN Times/Arief Rahmat)
Psikiater RSUD Wonosari, Rochmawati mengatakan kasus bunuh diri terjadi karena beberapa faktor mulai dari psikologis, sosial dan budaya serta faktor risiko lainnya.
"Tidak hanya karena satu masalah saja, namun memang kompleks sehingga terjadi kasus bunuh diri," katanya.
Menurutnya kasus bunuh diri merupakan tantangan dan tanggung jawab bersama untuk melakukan pencegahan.
"Harus bau membahu mulai dari pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat dan pihak terkait lainnya agar hasilnya bisa lebih optimal," pungkas Rochmawati.
Ilustrasi bunuh diri (Dok.IDN Times/Istimewa)
Masalah kesehatan mental tidak dapat dianggap enteng. Apabila kamu pernah memikirkan atau punya kecenderungan untuk bunuh diri, mengalami krisis emosional, atau mengenal orang-orang dalam kondisi tersebut, segera hubungi pihak yang dapat membantu. Konsultasilah dengan dokter atau profesional dan ceritakan apa yang dirasakan.
Kamu juga bisa memanfaatkan layanan call center yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kemenkes menyediakan fasilitas layanan jiwa melalui pusat panggilan atau Call Center 119 bagi masyarakat yang ingin konsultasi. Layanan konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 9.
Kemenkes juga merekomendasikan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Kemenkes juga telah menyiagakan lima rumah sakit jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:
RSJ Amino Gondohutomo Semarang - (024) 6722565
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor - (0251) 8324024, 8324025, 8320467
RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta - (021) 5682841
RSJ Prof Dr Soerojo Magelang - (0293) 363601
RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang - (0341) 423444
Selain itu, layanan konseling kesehatan jiwa juga tersedia di rumah sakit umum, puskesmas, biro psikologi, dan juga melalui online.