Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi bencana tanah longsor. IDN Times/Daruwaskita
Ilustrasi bencana tanah longsor. IDN Times/Daruwaskita

Intinya sih...

  • BPBD Bantul ingatkan masyarakat waspadai bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan angin kencang saat musim hujan mulai Oktober 2025.

  • Imogiri masuk zona merah banjir, sementara Pundong, Dlingo, dan Piyungan rawan longsor. TRC dan FPRB disiagakan untuk mitigasi.

  • BMKG prediksi musim hujan 2025–2026 lebih basah dari biasanya, dengan puncak Januari–Februari 2026.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bantul, IDN Times - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi saat memasuki musim penghujan pada Oktober 2025. Ancaman bencana yang perlu diantisipasi meliputi banjir, longsor, angin kencang, hingga cuaca ekstrem.

1. Waspadai cuaca terik berubah menjadi awan tebal hingga terjadi hujan lebat

Ilustrasi hujan lebat. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik, dan Peralatan BPBD Bantul, Antoni Hutagaol, mengatakan sebelum musim penghujan biasanya diawali dengan pancaroba. Pada periode ini, masyarakat perlu waspada terhadap kondisi cuaca yang tiba-tiba berubah, seperti panas terik yang kemudian disusul awan tebal, angin kencang, hingga hujan dengan intensitas tinggi.

"Kondisi ini sangat berbahaya bagi masyarakat sehingga masyarakat diimbau untuk menjauh dari pohon-pohon yang besar yang rawan roboh dan menjauh dari aliran sungai," katanya, Jumat (3/10/2025).

‎2. Daerah yang rawan terjadinya bencana banjir hingga tanah longsor

Ilustrasi banjir (Dok. IDN Times/Halbert Caniago)

Menurut Antoni, wilayah di Bantul yang kerap dilanda banjir berada di Kapanewon Imogiri, khususnya sekitar aliran Sungai Celeng yang dalam beberapa tahun terakhir sering meluap. Genangan air juga kerap terjadi di Kapanewon Sewon akibat luapan dari saluran air.

“Wilayah Imogiri, Pundong, Dlingo hingga Piyungan juga sangat berpotensi terjadi bencana tanah longsor mengingat daerah tersebut banyak perbukitan," tuturnya.

Antoni menambahkan, BPBD telah menyiagakan tim reaksi cepat (TRC), Damkarmat, serta jejaring Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) di tingkat kapanewon dan kalurahan untuk mengantisipasi bencana akibat cuaca ekstrem.

“Koordinasi sudah dilakukan bersama teman-teman di lapangan. Selain itu, bidang pencegahan dan kesiapsiagaan juga rutin melakukan sosialisasi tentang mitigasi cuaca ekstrem serta penggunaan EWS banjir dan longsor,” terang Antoni.

‎3. Pengerukan sungai yang dangkal serta sungai yang menyempit diperlebar

Wakil Bupati Bantul, Aris Suharyanta. (IDN Times/Daruwaskita)

Wakil Bupati Bantul, Aris Suharyanta, mengimbau masyarakat di Kapanewon Imogiri untuk lebih waspada terhadap ancaman banjir. Pasalnya, BPBD DIY telah menetapkan wilayah tersebut sebagai zona merah bencana banjir pada 2025.

"Kapanewon Imogiri yang masuk zona merah bencana banjir oleh BPBD DIY maka kita juga harus menyesuaikan potensi bencana di Bantul agar masyarakat lebih waspada dan pemangku kepentingan lebih antisipatif," ungkapnya.

Ia menambahkan, pihak terkait sudah diminta untuk memantau sungai-sungai yang mengalami pendangkalan maupun penyempitan. Langkah tersebut akan ditindaklanjuti dengan pengerukan dan pelebaran sungai agar aliran air kembali normal.

"Saya juga memerintahkan agar BPBD bersiap untuk menghadapi musim hujan tahun 2025 dan 2026 sebab prediksi curah hujan di atas normal sehingga potensi banjir hingga longsor dapat terjadi," jelasnya.

"FPRB dan potensi SAR lainnya, kita juga berharap untuk lebih waspada menghadapi bencana yang setiap saat dapat terjadi saat berlangsung cuaca yang ekstrem," tambahnya.

‎4. Musim penghujan tahun 2025 dan 2026 akan cenderung lebih basah

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini masih berada dalam masa pancaroba. Musim hujan diperkirakan mulai pada dasarian ketiga Oktober 2025, sementara Kabupaten Kulon Progo akan lebih dulu mengalami hujan lebat pada dasarian pertama Oktober 2025.

"Puncaknya musim penghujan di DIY terjadi pada bulan Januari hingga Februari 2026 yang akan datang," katanya di Gunungkidul, Senin (21/9/2025).

Menurutnya, musim hujan 2025–2026 akan cenderung lebih basah atau bersifat di atas normal. "Beberapa hari cenderung panas, tapi ini nanti kalau hujan, hujannya lebih dari pada biasanya," terangnya.

Dwikorita menambahkan, kondisi hujan di atas normal tersebut bukan disebabkan La Niña, melainkan karena suhu permukaan laut di perairan selatan Jawa lebih hangat sehingga memicu penguapan besar dan pertumbuhan awan hujan yang intens.

"Sehingga pertumbuhan awan hujan masih sering terjadi bisa memicu terjadinya hujan ekstrem," terangnya.

"BMKG sudah rutin berkoordinasi dengan Pemerintah, BPBD, hingga sektor pariwisata, untuk mengantisipasi hal tidak diinginkan," tambahnya.

Editorial Team