Salah seorang panitia sayembara, Yani Srikandi menerangkan, bahwa Sayembara Misuh Internasional 2020 diinisiasi oleh Komunitas Pemerhati Kebudayaan Jawa, yaitu Jawasastra, di mana Yani sendiri yang jadi ketuanya.
Gelaran tahun ini dibuat dengan tagar #MisuhiPandemi. Sayembara Misuh mencoba menyerap tiap emosi tentang situasi pandemi COVID-19. Mengenai apa atau siapa yang jadi sasaran umpatan, terserah peserta.
"Misuhmu ini dalam rangka memerangi pandemi. Entah nanti dia membawa narasi atau kalimat seperti apa, kami bebaskan. Tapi, tidak boleh politik, rasis, seksis. Jadi, lebih ke pandeminya," kata Yani saat dikontak, Jumat (10/7/2020).
Caranya mudah saja, karena peserta cuma tinggal mengirimkan video berdurasi maksimal 3 menit. Lalu unggah di akun instagram masing-masing, boleh personal maupun beregu. Kemudian tag akun @jawasastra disertai deskripsi video dan #misuhi pandemi.
"Karena ini yang membuat komunitas (kebudayaan) Jawa, jadi dikhususkan kepada orang mana pun yang bisa bahasa Jawa. Tapi, untuk dialek atau sub dialeknya bebas. Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, ya maupun diaspora juga boleh," katanya.
Penilaiannya, dalam poster Sayembara Misuh 2020 yang viral, dilihat dari ekspresi tajwid dan makhroj misuh, konten isi pesan video, tingkat keatraktifan, kreativitas dan inovasi karya peserta.
"Kreativitas, pesan yang disampaikan, lalu bagaimana dia mengekspresikan," kata Yani menegaskan.
Delapan peserta terbaik disaring, hingga nanti dipilih satu yang keluar sebagai juara utama. Pemenang dinobatkan menjadi Kaisar Misuh dan dihadiahi plakat, kopi, 3 buah buku, sertifikat misuh, kaos, mbako, dan korek gas.