Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bravery Dancer. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Intinya sih...

  • Bravery Dancer tampil memukau dalam International CNY Parade di Hong Kong dengan karya tari "Lampor" yang terinspirasi dari prajurit gaib Nyi Roro Kidul.
  • Karya tari ini sejalan dengan Tahun Baru Imlek yang bershio Ular Kayu dan mengacu pada gerak Tari Gagrak Yogyakarta, serta ingin memperkenalkan budaya Indonesia.
  • Bravery Dancer terkejut dipilih menjadi penampil dalam parade tersebut, bersyukur mendapat kesempatan, dan berharap bisa memperkenalkan budaya Indonesia di mata dunia.

Yogyakarta, IDN Times - Bravery Dancer tampil memukau dalam gelaran International CNY Parade di Hong Kong, 29 Januari 2025 lalu. Grup dance asal Yogyakarta ini membawakan karya tari yang diberi judul Lampor.
 
“Kami dari team Bravery membawakan karya tari yang sebelumnya kita bawakan di Indonesia's Got Talent dan berhasil mendapatkan The First Golden Buzzer dari Ivan Gunawan yaitu karya tari yang berjudul Lampor,” ungkap Koreografer Bravery Dancer, Bima Satrya Wardana dalam keterangan tertulisnya, Rabu (12/2/2025).

1.Cerita tentang tari Lampor

Bravery Dancer. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Karya tari Lampor menceritakan tentang prajurit gaib Nyi Roro Kidul yang mengawal dari Kerajaan Pantai Selatan menuju Gunung Merapi. Lampor sendiri merupakan prajurit-prajurit putri yang gagah berani dan memiliki nafas ular. Panglima dari Lampor sendiri ialah Nyi Blorong, wanita setengah manusia setengah berekor ular. Lampor sendiri dikenal sebagai prajurit yang menyeramkan bagi masyarakat karena mitosnya jika bertemu Lampor akan menghilang dari bangsa manusia dan menjadi abdi dalem Nyi Roro Kidul.
 
“Karya tari ini sejalan dengan Tahun Baru Imlek yang bershio Ular Kayu, gerak tari dari karya Lampor mengacu pada gerak Tari Gagrak Yogyakarta yang dikembangkan menggunakan eksplorasi prajurit dan ular sehingga tercipta koreografi yang menakjubkan yaitu tradisi Indonesia dengan sentuhan ular,” ungkap Bima.

2.Ingin mengenalkan budaya Indonesia

Bravery Dancer. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Bima menjelaskan dipilihnya tari Lampor karena ingin memperkenalkan budaya Indonesia yaitu sosok yang melegenda, Nyi Roro Kidul. “Menurut kami cerita Nyi Roro kidul memiliki pemikat tersendiri dengan mitos-mitosnya, salah satunya prajurit ularnya Lampor,” ujar Bima.
 
Adapun filosofi yang ingin disampaikan adalah proses kehidupan manusia yang tersirat dari perjalanan gaib Nyi Roro Kidul dari Pantai Selatan menuju Gunung Merapi yang melewati garis imajiner Jogja. Garis ini memiliki makna filosofis yang sangat tinggi di kesultanan menjadi salah satu acuan tata kota dari wilayah yang dilewatinya.
 
“Secara filosofis, tata ruang Kota Yogyakarta memiliki makna filosofis yang sangat tinggi. Bentuk tata kota yang vertikal dari selatan ke utara melambangkan hubungan manusia kepada Sang Pencipta. Laut Selatan yang merupakan titik terendah dan Gunung Merapi yang lebih tinggi melambangkan sikap manusia yang semakin dekat dengan Sang Pencipta seiring berjalannya waktu,” ujar Bima.

3.Upaya melestarikan budaya

Bravery Dancer. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Bima juga menceritakan awalnya Bravery Dancer terkejut saat dipilih menjadi salah satu penampil dalam International CNY Parade. Pihaknya juga bersyukur mendapat kesempatan ini. “Tentunya sangat bersyukur sekali mendapatkan kesempatan yang luar biasa, mungkin team Bravery terpilih salah satu faktornya dari segi konsep cerita dan dikenal ketika di IGT mendapatkan the First Golden Buzzer,” kata Bima.
 
Bima berharap atas keikutsertaan dalam International CNY Parade ini bisa memberikan penampilan terbaik dan memperkenalkan budaya Indonesia di mata dunia dengan keanekaragaman yang dimiliki Indonesia. “Selain itu kami ingin membuktikan dan menginspirasi generasi muda agar tetap mencintai dan turut serta dalam melestarikan budaya. Selain itu semoga team Bravery bisa menjalin hubungan baik dan menambah relasi sehinggs bisa saling berbagi informasi dan saling belajar tentang budaya masing-masing negara,” tutup Bima.

Editorial Team