Bimbel di Jogja diduga terlibat kecurangan UTBK, Ini Pesan Disdikpora

- Dinas Pendidikan DIY mengimbau siswa dan wali murid agar tak mudah tergiur dengan cara instan lolos UTBK-SNBT.
- Sekolah diharapkan memperkuat kualitas pendidikan sebagai modal siswa menghadapi UTBK, serta tidak menanggapi tawaran 'jalan pintas' tersebut.
- Panitia SNPMB 2025 menduga adanya keterlibatan lembaga bimbel dalam kasus kecurangan pelaksanaan UTBK 2025, yang memobilisasi peserta dengan data anomali.
Yogyakarta, IDN Times - Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Dearah Istimewa (DIY) mengimbau para siswa lulusan SMA/SMK sederajat dan wali murid di DIY tak mudah tergiur dengan tawaran cara instan lolos Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT).
Imbauan ini menyusul temuan dugaan keterlibatan salah satu lembaga bimbingan belajar (bimbel) di Yogyakarta dalam kasus kecurangan pelaksanaan UTBK 2025.
1. Siswa harus percaya diri dengan ilmu yang diperoleh di sekolah

Kepala Disdikpora DIY, Suhirman menuturkan, pihaknya melalui sekolah telah menyampaikan kepada siswa maupun wali murid agar tak mudah percaya dengan beragam tawaran 'jalan pintas' lolos UTBK.
Disdikpora berpesan agar siswa bisa lebih percaya diri dengan ilmu yang diperoleh selama belajar di sekolah. Demikian pula untuk sekolah harus menguatkan kualitas pendidikan sebagai modal para siswa menghadapi UTBK.
"Kami sampaikan agar hati-hati dalam pelaksanaan UTBK, percaya diri harus disiapkan oleh sekolah, orangtua dan siswa. Dan terhadap tawaran dari pihak lain itu supaya diteliti kembali dan tidak usah ditanggapi (apabila menyalahi prosedur)," kata Suhirman saat dihubungi, Rabu (30/4/2025).
2. Bimbel bukan ranah pengawasan pemda

Mengenai dugaan keterlibatan bimbel di Yogyakarta dalam kasus kecurangan pada pelaksanaan UTBK 2025, Suhirman menekankan, Pemda DIY tak memiliki ranah pengawasan.
Dia menegaskan, Disdikpora tak menaungi atau berkaitan bimbel yang merupakan bagian dari pengelolaan swasta murni. Izin usaha itu memang ada, tapi bukan ranah instansinya.
"Bimbel bukan di bawah kami, itu swasta ya. Yang di bawah kami itu sekolah-sekolah. Makanya kami mengimbau agar sekolah-sekolah berhati-hati terhadap tawaran-tawaran yang menggiurkan itu, harus pede dengan pelatihan sendiri aja," ujarnya.
"Kami memang sarankan anak-anak itu disiapkan untuk UTBK supaya nilainya bisa (mencapai) passing grade," pungkasnya.
3. Bimbel di Jogja diduga terlibat kecurangan UTBK

Dilansir Antara, Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 menduga adanya keterlibatan salah satu lembaga bimbel dalam kasus kecurangan yang terjadi pada pelaksanaan UTBK 2025.
Ketua Tim Penanggungjawab Panitia SNPMB 2025 Eduart Wolok dalam konferensi pers di Jakarta, menjelaskan terdapat ribuan peserta yang dinilai sebagai anomali, di mana terdapat salah satu lembaga bimbel yang dicurigai terlibat dalam hal ini.
"(Dicurigai) Keterlibatan ada salah satu lembaga pembinaan belajar di Yogyakarta yang memobilisasi peserta," katanya.
Ia menjelaskan peserta ujian anomali tersebut dicurigai lantaran domisili, asal sekolah, kampus tujuan, dan lokasi UTBK berada di daerah yang saling berjauhan. "Sebagai contoh, peserta yang merupakan lulusan SMA di Semarang, memilih kampus tujuan di Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM), namun melaksanakan UTBK di Medan," ujarnya.
"Apakah ini salah? Tidak salah, selama memang bisa dibuktikan, tidak salah. Contoh, di Gorontalo ada yang seperti ini. Setelah kami telusuri, ternyata yang bersangkutan itu lulusan dari pondok pesantren yang ada di Jawa. Kemudian, memang setelah lulus ada satu tahun itu wajib untuk mengabdi. Nah dia mengambil pengabdian itu di Gorontalo, mengajar di Gorontalo, sehingga dia daftar di Gorontalo dan ujian di Gorontalo meskipun pilihannya ada di Jawa," imbuhnya.
Kendati, pihaknya menemukan peserta dengan data anomali serupa di lokasi lainnya, di mana peserta tersebut tidak hadir saat ujian dan kebetulan dalam waktu yang sama terdapat masalah pada komputer yang seharusnya digunakan oleh peserta tersebut.
"Ada keterlibatan jaringan yang memanfaatkan UTBK untuk kepentingan bisnis tertentu dan sebagainya. Ini disinyalir, sekali lagi ini dugaan, karena itu bukan bagian kami untuk memutuskan itu," katanya.
Kecurigaan kepada salah satu lembaga bimbel ini juga diperkuat adanya lembaga bimbel yang masih melakukan bimbingan hingga 5 Mei 2025, di mana UTBK hanya dilaksanakan pada 23 April-3 Mei 2025.
"Padahal lazimnya kalau dulu kita bimbel yang benar itu satu minggu menjelang pelaksanaan UTBK kan selesai," ujarnya.
Ia juga mencurigai adanya lembaga bimbel yang berani memberikan garansi 100 persen lulus UTBK, sebab dalam pelaksanaan UTBK kali ini lebih menekankan aspek skolastik atau penalaran dan pemahaman dasar peserta didik.