Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kotoran ternak di Kandang Kelompok 45 Depok.
Kotoran ternak di Kandang Kelompok 45 Depok.(IDN Times/Daruwaskita)

Intinya sih...

  • Kandang kelompok sudah ada puluhan tahun

  • Sejak awal peternak tidak menjual kotoran ternak

  • Hasil manis dari kesadaran peternak tak menjual kotoran ternak

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bantul, IDN Times - Keberadaan Kandang Kelompok 45 Depok yang berada tak jauh dari objek wisata Pantai Depok, Kalurahan Parangtritis, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul mampu mendongkrak ekonomi warga. Selain itu, kandang kelompok itu mampu mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia untuk pertanian yang tidak ramah lingkungan.

1. Kandang kelompok sudah ada puluhan tahun

Kotoran ternak di Kandang Kelompok 45 Depok.(IDN Times/Daruwaskita)

Ketua Kandang Kelompok 45 Depok, Awal Aryadi mengatakan populasi ternak di kelompoknya mencapai ratusan ekor. Ternak yang dipelihara, kata Aryadi, terdiri dari sapi, domba hingga kambing yang dimiliki oleh puluhan warga dari Padukuhan Depok dan Padukuhan Bungkus.

‎"Keberadaan Kandang Kelompok 45 Depok ini sudah puluhan tahun sejak orang tua saya sudah ada namun populasi ternak tidak sebanyak saat ini," ujarnya, Sabtu (16/8/2025).

2. Sejak awal peternak tidak menjual kotoran ternak

Kotoran ternak untuk pupuk.(IDN Times/Daruwaskita)

Lahan yang digunakan untuk kandang kelompok merupakan lahan pasir milik Keraton Yogyakarta atau Sultan Ground. Dengan status itu, warga tidak perlu menyewa.

‎"Tidak ada biaya sewa lahan, karena Keraton Yogyakarta tak melarang lahan digunakan untuk kegiatan produktif namun ketika Keraton Yogyakarta membutuhkan lahan tersebut warga dengan suka rela menyerahkan lahan tersebut," ungkapnya.

‎Para peternak sejak awal berdirinya kandang kelompok, tidak menjual kotoran ternak kepada pedagang. Meski diakui Aryadi banyak pedagang yang sering datang untuk membeli kotoran ternak guna pupuk dengan harga cukup tinggi. "Peternak sudah sadar bahwa kotoran ternak bisa dimanfaatkan untuk pupuk. Apalagi warga di sini banyak yang menanam di lahan pasir yang sangat butuh pupuk dari kotoran ternak," ungkapnya.

‎3. Hasil manis dari kesadaran peternak tak menjual kotoran ternak

Kotoran ternak untuk pupuk.(IDN Times/Daruwaskita)

Kesadaran para peternak di Kelompok Kandang 45 Depok untuk tidak menjual kotoran ternak akhirnya berbuah manis. Ketika pupuk kimia langka petani tak lagi bingung dengan pasokan pupuk sebab sudah memiliki cadangan pupuk sendiri-sendiri.

‎"Peternak di sini kan juga sebagai petani dan lahan yang digarap adalah lahan pasir. Jika memiliki lahan non pasir juga tanahnya semakin subur ketika menggunakan pupuk kandang," jelasnya.

"Jadi penggunaan pupuk kimia hanya untuk pendukung saja bukan yang utama sehingga tidak lagi tergantung pada pupuk kimia," pungkasnya.

4. Pemkab Bantul siap fasilitasi pembuatan pupuk organik

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih.(IDN Times/Daruwaskita)

Sementara itu, ‎Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengatakan penggunaan pupuk kimia diakui tidak ramah lingkungan. Selain itu, terkadang terjadi kelangkaan pasokan pupuk yang membuat petani resah saat waktu pemupukan berlangsung.

‎"Kita punya keinginan petani di Bantul tidak lagi tergantung pada pupuk kimia yang tidak ramah lingkungan dan terkadang langka," ungkapnya.

‎Atas kondisi tersebut Pemkab Bantul mendorong dan berharap para peternak tidak menjual kotoran ternak namun bisa diolah menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan. Pemkab Bantul sendiri siap memberikan pendampingan, bantuan peralatan untuk mengolah kotoran ternak menjadi pupuk organik.

‎"Produk pertanian yang menggunakan pupuk organik nilai jualnya juga lebih mahal dan diburu oleh konsumen meski harga jauh lebih mahal," jelasnya.





Editorial Team