Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sejumlah siswa-siswi mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) melalui daring di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. (IDN Times/Bagus F)

Sleman, IDN Times - Pandemik COVID-19 yang melanda dunia mengharuskan kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Meski sudah lebih satu tahun sistem PJJ dilakukan, BEM KM UGM masih menemukan sejumlah kendala dan kelemahan.

Presiden Mahasiswa BEM KM UGM, Muhammad Farhan menjelaskan banyak daerah di Indonesia yang fasilitasnya belum mampu menunjang pelaksanaan PJJ, terutama di daerah terpencil dan tertinggal. Selain itu, PJJ dianggap tidak efektif untuk mengajarkan nilai pendidikan pada pelajar.

"Sebagai contoh, nilai nilai kedisiplinan, etika, moral, dan juga nilai-nilai pendidikan lainnya yang hanya dapat diperoleh secara efektif melalui Pembelajaran Tatap Muka (PTM)," ungkapnya.

1. Infrastruktur pedesaan masih jauh tertinggal

Sejumlah siswa-siswi mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) melalui daring di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. (IDN Times/Bagus F)

Farhan menjelaskan data peta jaringan infrastruktur internet pedesaan masih jauh tertinggal dibandingkan masyarakat perkotaan ataupun nasional. Pemerintah dinilai hanya terkesan menyamaratakan sebuah permasalahan pendidikan di Indonesia dengan satu solusi, yaitu pemberian bantuan kuota internet. Padahal, permasalahan fundamental dalam hal jaringan infrastruktur adalah fokus dalam permasalahan pendidikan saat ini.

"Lalu, para pelajar yang tak mempunyai gawai maupun tak ada koneksi internet yang baik, tetap tak akan bisa menikmati bantuan kuota internet yang digunakan untuk PJJ tersebut," terangnya.

2. PJJ tidak bisa seoptimal pembelajaran tatap muka

Editorial Team

Tonton lebih seru di