Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Aspal Plastik Bisa Jadi Solusi Jangka Panjang Penanganan Sampah

ilustrasi aspal plastik (unsplash.com/Krzysztof Kowalik)
Intinya sih...
  • Dosen UGM sebut plastik cocok untuk campuran aspalPlastik, khususnya kantong kresek, memiliki kesamaan bahan dengan aspal. Campuran 6% plastik dianggap efektif dan mesin pencacah plastik UGM mendukung program ini.
  • Aspal plastik punya keunggulan teknis yang signifikanAspal plastik lebih tahan terhadap retakan dan deformasi, memiliki stabilitas jalan yang lebih tinggi, serta biaya perawatan jangka panjang yang lebih efisien.
  • Solusi lingkungan dan peluang ekonomi dari limbah plastikInovasi ini mengurangi sampah plastik di tempat pembuangan akhir. Plastik kresek bisa menjadi komoditas bernilai, membuka peluang ekonomi baru

Inovasi penggunaan plastik sebagai bahan campuran aspal mendapat dukungan dari kalangan akademisi, termasuk Universitas Gadjah Mada (UGM). Dosen Teknik Mesin UGM, Muslim Mahardika, menyebut solusi ini sebagai cara konkret untuk mengurangi limbah plastik, khususnya kantong kresek yang sulit terurai dan mencemari lingkungan.

Sebagai seorang peneliti, Muslim tak hanya mendukung secara teori. Sejak 2019, ia dan tim telah mengembangkan mesin pencacah plastik yang dirancang agar dapat digunakan oleh masyarakat umum. Inovasi ini sudah diterapkan di beberapa wilayah, termasuk Kulon Progo, dan hasilnya telah dimanfaatkan sebagai bahan campuran aspal oleh Kementerian PUPR.

1. Dosen UGM sebut plastik cocok untuk campuran aspal

ilustrasi plastik (unsplash.com/tanvi sharma)

Muslim menjelaskan bahwa plastik, khususnya jenis kantong kresek, memiliki kesamaan asal bahan dengan aspal yakni berasal dari minyak bumi. Campuran plastik ke dalam aspal pun dianggap kompatibel, asalkan komposisinya tepat.

“Campuran dengan prosentase sebanyak 6 persen campuran aspal dinilai efektif, dan dapat mengurangi jumlah sampah plastik secara signifikan,” ujarnya pada Rabu (16/7/2025) dilansir laman resmi UGM.

Penggunaan mesin pencacah plastik buatan tim UGM juga menjadi pendukung utama program ini. Mesin tersebut tidak dilengkapi dengan fitur-fitur kompleks agar tetap mudah digunakan masyarakat. Namun, Muslim mengakui masih ada tantangan, seperti keberadaan sisa-sisa non-plastik seperti paku atau kerikil yang dapat merusak mesin.

2. Aspal plastik punya keunggulan teknis yang signifikan

ilustrasi aspal plastik (unsplash.com/marius sebastian)

Dilansir laman resmi Balai Bahan Jalan Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PUPR, aspal plastik memiliki keunggulan berupa ketahanan terhadap deformasi dan daya tahan terhadap kelelahan (fatigue).

Hal ini didukung pula oleh data dari Chandra Asri, yang menyebut bahwa aspal plastik lebih tahan terhadap retakan dan deformasi berkat fleksibilitas yang ditambahkan oleh plastik. Bahkan, teknologi ini dapat memberikan ketahanan terhadap air yang lebih baik, memperkecil risiko kerusakan jalan akibat banjir atau genangan air hujan.

Keunggulan lain adalah stabilitas jalan yang lebih tinggi serta biaya perawatan jangka panjang yang lebih efisien, meskipun biaya awal implementasi sedikit lebih tinggi dibandingkan aspal konvensional.

3. Solusi lingkungan dan peluang ekonomi dari limbah plastik

ilustrasi limbah plastik (unsplash.com/Nick Fewings)

Selain nilai teknis, inovasi ini juga berperan besar dalam mengurangi sampah plastik di tempat pembuangan akhir. Muslim menekankan, jika program ini diperluas, plastik kresek justru bisa menjadi komoditas bernilai karena tingginya kebutuhan material campuran aspal.

“Kalau tidak digunakan, plastik kresek justru lebih berbahaya bagi ekosistem,” tegasnya.

Ia juga menambahkan pentingnya kolaborasi multipihak untuk keberlanjutan program ini. “Universitas dapat menyumbang inovasi, industri mendukung penerapan, pemerintah daerah membuat regulasi dan kebijakan, dan masyarakat berperan untuk memilah, mengumpulkan, serta mendapat manfaat insentif dari plastik kresek yang disetorkan ke bank sampah,” jelas Muslim.

4. Solusi berkelanjutan untuk masalah sampah dan infrastruktur

ilustrasi pengolahan limbah (unsplash.com/Pawel Czerwinski)

Upaya ini bukan sekadar solusi teknis, tetapi juga bentuk transformasi sosial dan lingkungan yang nyata. Pengolahan limbah menjadi material konstruksi membuka jalan menuju ekonomi sirkular, di mana sampah plastik tak lagi dibuang, tetapi didaur ulang dan dimanfaatkan ulang untuk kepentingan publik.

Langkah kolaboratif seperti yang dilakukan UGM, masyarakat Kulon Progo, serta Kementerian PUPR membuktikan bahwa inovasi tidak hanya lahir di laboratorium, tetapi juga bisa menyatu dalam keseharian masyarakat.

Dengan semakin besarnya kebutuhan pembangunan infrastruktur jalan, adopsi teknologi aspal plastik bisa menjadi strategi nasional dalam pengelolaan sampah. Selain berdampak lingkungan, pendekatan ini juga menjanjikan peluang ekonomi baru bagi sektor informal yang bergerak di bidang daur ulang.

Melihat keberhasilan di daerah-daerah seperti Kulon Progo, kini tantangannya adalah bagaimana meyakinkan pemangku kepentingan lain di berbagai daerah untuk ikut menerapkan teknologi ini secara berkelanjutan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us