ARTJOG 2025-Motif: Amalan di Jogja National Museum (JNM). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Pada program pameran utama, ARTJOG secara khusus mengundang Anusapati (Yogyakarta) dan REcycle-EXPerience (Bandung) sebagai seniman komisi untuk menerjemahkan tema Motif: Amalan. Anusapati menghadirkan karya Instalasi berjudul POHON/KAYU yang menggambarkan masifnya praktik ekiploltasi terhadap hutan dan tambang penyebab krisis lingkungan. Di tengah modernitas yang memisahkan manusia dengan alam, Anusapati justru menembus batasan tersebut dengan memanfaatkan pohon/kayu mati sebagai material utama pada karyanya. Untuk melengkapi, Tony Maryana, seorang seniman suara, meresponsinstalasi bebunyian untuk membantu menciptakan pengalaman kognitif dan persepsi baru di karya ini.
Sementara pada program ARTJOG Kids, REcycle-EXPerience menunjukkan bagaimana praktik eksperimen dan bermain dapat bekerja dalam menyikapi limbah padat anorganik yang dihasilkan oleh produk-produk industri yang kemudian menjadi gelombang limbah rumahan. Untuk mewujudkan semangat kebersamaan dan kepedulian, terdapat sebuah karya instalasi interaktif di mana pengunjung dapat menyumbang mainan bekasnya sebagai bagian dari instalasi karya mereka yang berjudul The love for all living creatures. Pengunjung anak-anak juga dapat mengikuti agenda berkarya bersama REcycle-EXPerience dengan membawa limbah anorganik yang bisa dirangkai menjadi karya baru pada sesi tersebut.
Selain seniman komisi, program Special Project juga menghadirkan sejumlah presentasi proyek seni dari Murakabi Movement (Yogyakarta), ruangrupa (Jakarta), dan DEVFTO Printmaking Institute (Bali). Secara singkat, Murakabi Movement mempresentasikan proyek seni berbasis aktivitas pembelajaran kolaboratif dan interaktif untuk mempertanyakan ulang gagasan mengenai ruang hidup bersama. Menghadirkan elemen konstruksi trasah batu, karya berjudul Tanah Air Beta ini mengingatkan kita pada pentingnya siklus hidup berkelanjutan, dan juga mengajak kita untuk merumuskan ulang hubungan antara tanah, air, dan sesama.
Sementara itu, ruangrupa mengubah ruang presentasinya menjadi sebuah taman belajar bersama yang mengedepankan kekayaan konteks lokal sesuai dengan kebutuhan para peserta. Mengacu pada Perguruan Tarman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta tahun 1922, ruangrupa menghadirkan model pembelajaran yang tidak bersifat satu arah, melainkan bertumpu pada kolaborasi antara pengajar dan pesertanya. Sebelas peserta terpilih akan dipertemukan dengan para pengajar dari berbagai latar belakang,termasuk seni rupa, film, musik, arsitektur, dan ekonomi, sekaligus mengalami proses belajar yang tidak hanya berlangsung di dalam kelas. Pada akhir periode, setiap peserta diharapkan membuat satu karya yang nantinya dipamerkan pada perayaan ulang tahun ruangrupa ke-25 bulan Oktober mendatang di Jakarta.
DEVETO Printmaking Institute sendiri adalah sebuah studio cetak seni grafis di Bali yang didirikan oleh Devy Ferdianto pada tahun 2021. Kehadirannya di ARTJOG mencerminkan praktik dan dedikasinya dalam mengembangkan praktik seni cetak grafis dalam medan seni upa Berkolaborasi dan menghadirkan karya-karya dari sejumlah seniman ternama, presentasi DEVFTO kali ini tidak hanya menunjukkan kontribusinya bagi para seniman grafis, namun juga membuka ruang bagi publik untuk mendalami perkembangan dunia seti grafis itu sendiri.