Ilustrasi 16 Event Wisata Unggulan di Jogja Tahun 2025 (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Kolaborasi antara Nicholas Saputra, Happy Salma, dan (alm) Gunawan Maryanto, merupakan salah satu yang ada di ARTJOG tahun ini. Menghadirkan sebuah karya alih wahana dari pembacaan Serat Centhini khususnya dalam bagian Empat Puluh Malam dan Satunya Hujan, terjemahan Elizabeth D. Inandiak tahun 2002 dalam Bahasa Perancis yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia tahun 2004) dibagi menjadi 6 babak.
Secara visual, instalasi ranjang dan kelambu dihadirkan melalui kolaborasi dengan Iwan Yusuf. Dalam Serat Centhini asli, dikisahkan bahwa Amongraga dan istrinya, Tambangraras melewatkan empat puluh malam di dalam kamar pengantin tanpa bersetubuh. Empat puluh malam itu mengisi enam pupuh terakhir jilid ke-VI dan empat belas pupuh pertama jilid ke-VII. Melalui karya ini, kita diajak untuk memaknai isi dari percakapan antara Amongraga dan Tambangraras sebagaimana sebuah suluk dipresentasikan kembali di era kontemporer hari ini, seperti halnya memaknai sebuah ‘ramalan’ dari masa lalu.
Sementara itu, Kolektif Menyusur Eko Prawoto menyuguhkan sebuah instalasi bambu berjudul Leng (2008), karya yang menandai (alm) Eko Prawoto di ranah seni rupa. Karya ini terdiri dari susunan bambu yang berada dalam posisi ambang atau di antara, yang memadukan teknik atau praktik ketukangan dan keindahan, mendekatkan kerasnya material dan ungkapan puitis, serta melahirkan kesinambungan antara kedekatan dan jarak. Karya ini juga mencerminkan praktik artistik, cara pandang, pemikiran, dan metode kerja Eko Prawoto dalam persimpangan bidang antara arsitektur, seni, budaya, dan kehidupan.