Jalur Tol Trans Sumatra (JTTS) Ruas Palembang-Betung (IDN Times/Rangga Erfizal)
Tak hanya kebahagiaan, percakapan di media sosial juga dipenuhi keluhan dan ungkapan sedih. Sebanyak 1.145 cuitan mencatat alasan ekonomi sebagai kendala utama, di mana warganet menyebutkan keterbatasan dana, beban kerja, serta sulitnya mendapatkan cuti. Beberapa netizen bahkan merasa tertekan karena ekspektasi kesuksesan yang melekat pada perantau, seperti yang diungkapkan salah satu pengguna media sosial:
"Anggapan di kampung bahwa perantau selalu sukses juga menjadi tekanan psikologis. Banyak yang enggan pulang karena merasa tak mampu memenuhi ekspektasi tersebut," kata Ika.
Selain itu, kondisi cuaca ekstrem seperti hujan terus-menerus dan banjir turut memengaruhi rencana mudik. Keluhan mengenai kemacetan akibat perbaikan jalan dan antrian di pos pengisian bahan bakar juga kerap muncul, menunjukkan adanya keprihatinan terkait infrastruktur selama mudik.
Data survei dari Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan turut mendukung penurunan jumlah pemudik, dengan prediksi hanya mencapai 146,48 juta orang pada 2025, turun dari 193,6 juta pada 2024.
(Dok: x.com/PurpleS79591042)
Ada pula netizen yang menyampaikan kemarahan dalam perjalanan mudiknya yang
bertepatan dengan dimulainya skema satu arah di Tol Jakarta-Cikampek hingga Tol
Semarang-Batang. Netizen marah terutama terjadinya kemacetan di beberapa ruas jalan tol, perbaikan jalan yang menyebabkan antrian panjang di tol, infrastruktur jalan yang rusak, serta antrian di pos pengisian bahan bakar.
Selain itu, analisis word cloud juga menyoroti dominasi sebutan institusi, di mana Polri disebut sebanyak 18.144 kali, diikuti oleh TNI dengan 3.316 sebutan dan Pertamina dengan 1.231 sebutan. TNI muncul dalam dua isu utama: protes terhadap revisi Undang-Undang TNI dan peranannya dalam operasi gabungan pengamanan mudik bersama Polri dan Dinas Perhubungan.