ilustrasi sekolah (unsplash.com/Ed Us)
Rizal mengungkapkan anak muda adalah output dari pendidikan itu sendiri. Anak muda bisa mengarahkan pendidikan saat ini untuk fokus pada outcome. Dirinya menyoroti ada sejumlah persoalan besar yang dihadapi anak muda ke depan.
Tantangan tersebut seperti halnya ketika sosial media mendominasi kehidupan anak muda. Persoalan gap sosial dan spiritual dihadapi, di tengah melimpahnya informasi yang tumpah ruah.
“Membuat anak muda kehilangan arah, terhadap jati dirinya, karena dunia menjadi desa yang sangat global, atau global village. Gak ada batas-batas, karena yang merekatkan mereka adalah teknologi internet,” ujar Rizal.
Rizal mengatakan hilangnya jati diri pada anak muda ini akan mengakibatkan anak muda kehilangan eksistensi dan kemampuan untuk mengendalikan diri. “Kita lihat di TikTok yang viral, flexing anak muda kaya raya. Kemudian ada anak muda di desa tidak punya apa-apa. Ini kesenjangan sosial, akibatnya polarisasi keterbelakangan. Akan mudah dimanfaatkan untuk kepentingan politik,” ungkap Rizal.
Rizal melanjutkan masalah lainnya kesenjangan spiritual. Adanya gap antara diri anak muda dengan dirinya sendiri. “Antara dirinya saat ini, dengan dirinya di masa depan ada gap. Kenapa? Karena jati dirinya hilang, eksistensi dirinya hilang, sebagai global village tadi,” ungkapnya.
Kondisi yang ada akan semakin parah, Ketika dunia pendidikan kurang kritis dalam mengajarkan cara berpikir, untuk bisa memilah, memaknai, merefleksi diri. Anak muda akan semakin tidak eksis di tengah-tengah perubahan dunia yang sangat pesat.