TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sejarah Berdirinya Kabupaten Sleman, Sudah Berusia 106 Tahun

Sleman merayakan hari jadi setiap 15 Mei

Candi Prambanan. (IDN Times/Holy Kartika)

Sleman, IDN Times - Setiap tanggal 15 Mei, Kabupaten Sleman memperingati hari jadinya. Penetapan Sleman sebagai salah satu kabupaten di DIY tidak terlepas dari sejarah panjang, di mana Sleman juga sempat diturunkan statusnya menjadi distrik di bawah wilayah Kabupaten Yogyakarta.

Lalu, bagaimana sejarah berdirinya Kabupaten Sleman, dan ada berapa kapanewon yang ada di bawah Kabupaten Sleman sebelumnya? Berikut penjelasannya yang dirangkum dari berbagai sumber.

Baca Juga: Rayakan Hari Jadi Ke-106, Sleman Gelar Prosesi Bedhol Projo

1. Dulunya bernama Sulaiman

dpad.jogjaprov.go.id

Kabupaten Sleman berdiri pada tanggal 15 Mei 1916, pada Hari Senin Kliwon, Tanggal 12 Rejeb Tahun Je 1846 Wuku Wayang. Luas wilayah Sleman 7.574,82 km2 atau 18 persen dari luas wilayah DIY.

Di sebelah utara, Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Magelang, dan di sebelah Selatan berbatasan dengan kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul.

Merujuk pada situs Pengadilan Negeri Kabupaten Sleman, dulunya wilayah Kasultanan Yogyakarta dibagi dalam 3 Kabupaten, yakni Kalasan, Bantul, dan Sulaiman (yang kemudian disebut Sleman), dengan seorang bupati sebagai kepala wilayahnya.

Pada saat itu, Kabupaten Sleman terdiri dari 4 distrik, meliputi Distrik Mlati, Klegoeng, Joemeneng, serta Godean.

2. Sempat diturunkan statusnya menjadi distrik di bawah Kabupaten Yogyakarta

Candi Ratu Boko (pixabay.com/Indah Nurul Wardani)

Dalam sejarahnya, Kabupaten Sleman sempat diturunkan statusnya menjadi distrik di bawah wilayah Kabupaten Yogyakarta. Lalu, pada tanggal 8 April 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah Kasultanan Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei angka 2 (dua).

Adanya penataan kembali ini membuat Sleman kembali sebagai wilayah Kabupaten dengan Kanjeng Raden Tumenggung Pringgodiningrat sebagai bupati. Lalu, di masa itu wilayah Sleman dibagi menjadi 17 Kapanewon/Kecamatan (Son) yang terdiri dari 258 Kalurahan (Ku). Ibu kota kabupaten berada di wilayah utara, yang saat ini dikenal sebagai desa Triharjo.

Selanjutnya, melalui Maklumat Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 tahun 1948 tentang perubahan daerah-daerah Kelurahan, 258 kalurahan yang ada di Kabupaten Sleman menggabungkan diri hingga menjadi 86 kelurahan/desa.

3. Pusat pelayanan sempat dipindahkan ke Ambarrukmo

slemankab.go.id

Merujuk pada situs Dinas Perpustakaan dan Arsip DIY, dibandingkan dengan kabupaten lainnya di tanah Jawa, infrastruktur yang dimiliki Sleman pada masa awal pemerintahan sangatlah terbatas. Sleman hanya memiliki gedung pusat pemerintahan, pasar (yang saat ini dikenal sebagai pasar Sleman), masjid (masjid Sleman) dan stasiun kereta api (lokasinya sudah berubah menjadi taman segi tiga Sleman). Sedangkan infrastruktur seperti alun-alun, penjara, markas prajurit dan lain-lain sebagai syarat ibukota, tidak dimiliki.

Lalu, dalam perkembangan dan lika-likunya, pusat pelayanan Kabupaten Sleman pada tahun 1947 dipindahkan ke Ambarrukmo, di Petilasan Dalem serta bekas pusat pendidikan perwira polisi yang pertama di Indonesia (saat ini pendopo hotel Royal Ambarrukmo) oleh Bupati Sleman KRT Pringgodiningrat. Hal ini membuat Ambarrukmo menjadi pusat kegiatan pelayanan pemerintahan, bukan ibukota kabupaten.

Lalu, pada tahun 1964, KRT Murdodiningrat memindahkan pusat pemerintahan ke Dusun Beran, Kalurahan Tridadi, Kapanewon Sleman. Di mana awalnya menempati bangunan kantor yang sekarang digunakan oleh Bappeda Sleman.

Baca Juga: Profil Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo

Berita Terkini Lainnya