TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Harga Beras Tinggi, Dinas Pertanian Kampanyekan Setop Boros Pangan

Pelaku usaha penggilingan diminta serap padi petani

ilustrasi nasi (freepik.com/jcomp)

Intinya Sih...

  • Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo mengampanyekan setop boros pangan dengan memasak nasi secukupnya dan makan nasi juga secukupnya untuk menjaga ketahanan pangan.
  • Ketua Tim Kerja Pengembangan Usaha Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo, Kirmi, mengharapkan pelaku usaha penggilingan agar menjaga stok gabah dan beras dengan serap gabah petani pada saat musim panen.
  • Harga beras tinggi disebabkan oleh permintaan hingga pola tanam padi yang mundur, membuat petani tidak berani mencadangkan banyak gabah kering di penggilingan.

Kulon Progo, IDN Times - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, memiliki cara untuk menekan konsumsi bahan pangan yang harganya naik akhir-akhir ini.
Mereka mengampanyekan setop boros pangan dengan memasak nasi secukupnya dan makan nasi juga secukupnya agar stok pangan aman, terutama beras untuk menjaga ketahanan pangan.

Ketua Tim Kerja Pengembangan Usaha Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo, Kirmi, mengatakan hal lain yang perlu dilakukan adalah substitusi pangan, kenyang tidak harus nasi, dan gerakan pangan lokal.
"Membatasi menjual dan membeli beras untuk konsumen, hal ini juga menjadi salah satu upaya menjaga ketahanan pangan pada saat ini," katanya, Minggu (3/3/2023).

 

1. Pelaku usaha diminta serap padi dari petani

Kirmi berharap pelaku usaha penggilingan agar menjaga stok gabah dan beras dengan serap gabah petani pada saat musim panen. "Langkah ini strategi juga untuk menjaga stok pangan supaya tidak terjadi lonjakan harga beras," katanya.
Kirmi mengatakan tingginya harga beras di pasar, dikarenakan permintaan hingga pola tanam padi. "Harusnya kan tanam mulai September 2023, tapi mundur sampai sekitar satu setengah bulan," ujarnya dikutip Antara.

Menurut Kirmi, pola tanam yang mundur membuat panen jadi ikut mundur. Ia mencontohkan panen padi di Kapanewon Nanggulan yang seharusnya berlangsung di Januari, saat ini masih dalam masa tanam.

Harga beras yang saat ini tinggi membuat petani tidak berani mencadangkan banyak gabah kering di penggilingan. Jika biasanya sampai 50 ton gabah, saat ini hanya menyediakan 5 sampai 10 ton gabah. "Sebagai contoh, untuk beras medium di penggilingan harganya sudah Rp15 ribu per kilogram (kg)," ungkap Kirmi.

2. Persediaan beras masih ada

Kirmi memastikan persediaan beras di tingkat petani hingga penggilingan tetap ada. Cadangan hasil panen pun tersimpan di masing-masing rumah tangga petani. Hanya saja, Kirmi berharap para petani tidak langsung menjual beras dalam jumlah besar saat harga sedang tinggi. Hal ini berpotensi menimbulkan masalah di kemudian hari.

"Masyarakat juga diimbau untuk membeli beras secukupnya saja sesuai kebutuhan, tidak perlu melakukan aksi borong," ujarnya.

Baca Juga: Beras Mahal, Sri Sultan HB X: Warga Lebih Pilih Beras Premium

3. Ada kemungkinan harga beras turun

Sementara itu, salah satu pengusaha penggilingan padi di Tuksono, Lilik mengatakan harga beras di tingkat penggilingan padi berkisar Rp14.500 hingga Rp15 ribu per kilogram.
Lilik menambahkan ada kemungkinan harga beras turun. "Kemungkinan harga beras mau turun. Kalau naik lagi sepertinya tidak. Saat ini harga sudah mahal," jelasnya.

Menurut Lilik, stok gabah di tingkat penggilingan padi sudah menipis, begitu juga stok gabah di tingkat petani. "Saat ini beberapa wilayah di Jawa Tengah sudah mulai panen meski sedikit," ungkapnya.

Baca Juga: Pedagang Beras Pasar Kranggan Keluhkan Harga Naik, Stok Berkurang

Berita Terkini Lainnya