(Aktivis yang tergabung dalam Koalisi Keadilan untuk Keadilan Energi melakukan aksi menyambut pelaksanaan KTT G20 di Jepang dengan membawa poster di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (21/6/2019). Dalam aksinya mereka mendesak tiga perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia yakni Marubeni, Sumitomo dan Mizuho Bank Ltd untuk memotong kebijakan investasi energi dalam bahan bakar fosil yang berkontribusi dalam pemanasan global dan perubahan iklim.) ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Greta Thunberg adalah gadis remaja berusia 16 tahun asal Swedia itu menggagas demonstrasi iklim bertajuk Fridays for Future, yaitu gerakan tiap hari Jumat untuk berunjuk rasa agar pemerintah segera bertindak mengatasi perubahan iklim sejak September 2018 lalu. Gerakan itu diikuti Jampiklim Yogyakarta mulai 13 September, kemudian 20 dan 27 September 2019 yang juga digelar di beberapa negara lainnya.
Pidato Greta soal ancaman perubahan iklim sempat membuat para pemimpin dunia yang hadir dalam forum PBB terdiam dan tercenung. Rekaman visual pidato tersebut menyebar di media sosial yang ditayangkan dalam diskusi itu.
“Anda mencintai anak-anak anda, namun anda mencuri masa depan mereka,” kata Greta menegaskan pernyataannya.
Terbukti, konferensi perubahan iklim dunia yang telah dihelat sejak 1992 ternyata tidak membuat grafik emisi karbon turun. Kebutuhan untuk menahan kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius menjadi tujuan ambisius yang dinyatakan dalam Perjanjian Paris 2015 yang ditandatangani hampir 200 negara anggota PBB. Lantaran ada keharusan untuk menghindari situasi kekacauan iklim. Para ilmuwan mengatakan tujuan ini mengharuskan dunia sepenuhnya menghilangkan karbon sebelum 2050.
“Apakah anda takut menjadi tidak populer?” tanya Greta sambil menatap para presiden berbagai negara yang hadir. Ada yang mengangguk, ada yang termenung.