Seorang lansia terduduk di di barak pengungsian Merapi, Balai Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman. (IDN Times/Tunggul Damarjati)
Muncul pertanyaan kemudian untuk siapa Bilik Ayah Bunda dibuat. Mengingat, sejak Merapi naik statusnya menjadi Siaga (level III) 5 November 2020 lalu, baru warga kelompok rentan saja yang diungsikan ke Balai Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman.
Mereka adalah warga Kalitetengah Lor. Mulai dari lanjut usia, balita, anak-anak, ibu hamil, hingga difabel. Untuk warga usia produktif sampai hari ini masih diperkenankan tinggal di rumah masing-masing. Meski, ada sebagian yang sudah turun mengungsi, itu pun cuma saat malam hari.
Linda pun menegaskan bahwa bilik ini tidak harus langsung digunakan sesaat setelah didirikan. Karena, sifatnya hanya mengantisipasi semata jika situasi kebencanaan Merapi ini kian berlarut-larut.
"Kita kan gak tahu ini segala sesuatunya berakhir kapan, mau seperti apa statusnya. Bukan kemudian ada terus harus segera digunakan. Kita antisipasi, menyiapkan, tempat untuk pasutri apabila dibutuhkan, ada tempat yang representatif, aman, safety, (bilik) ini untuk sisi-sisi kemanusiaan," papar Linda.