Ilustrasi. Aksi lewat mural Gejayan Memanggil. (IDN Times/Tunggul Damarjati)
Mimin melanjutkan para pemenang lomba ini diberikan hadiah pernak-pernik dari panitia kompetisi berupa jaket atau kaos. Selain itu juga bermacam-macam barang hasil sumbangan para warganet yang mendukung Lomba Mural Dibungkam. Seperti voucher belanja, hasil perkebunan, makan gratis, sepatu, dan lain sebagainya.
Semua hadiah itu sebagai bentuk apresiasi sebagai upaya menyuarakan kritik dan gagasan lewat seni di tengah derasnya anggapan vandalisme provokatif.
"Lomba ini merepresentasikan suara seniman dalam menangkap perasaan kita hari ini. Karenanya kami anggap semua adalah pemenang sehingga perlu ada penyerahan simbolis tembok-tembok yang punya peristiwa seperti di Jembatan Kewek dan Perempatan Tukangan," sebut Mimin.
Piagam ini menurutnya adalah simbol penghargaan terhadap tembok yang merekam beragam aspirasi masyarakat sekaligus bentuk perlawanan kepada aparat yang kian represif menyikapi kritik di dinding.
"Kita pilih Tukangan dan Kewek karena banyak dimural, dihapus, dimural, dihapus, dan itu menjadi hal yang paling sakral. Kami tahu piagam itu akan diamankan oleh aparat karena mengusik dan jadi musuh. Ketika diambil, maka menandakan isi piagam itu, yakni kemunduran demokrasi kita," jelas dia.