ilustrasi spora antraks (IDN Times/Aditya Pratama)
Marjoko pun belakangan menerima laporan bahwa mereka yang mengonsumsi daging ternak mati tadi kemudian mengalami diare, pusing, muntah, sakit perut hingga demam.
"Ada yang kena gejala diare, pusing muntah-muntah, perutnya sakit, pusing, panas," bebernya.
Pemilik ternak mati berinisial W, kata dia, bahkan mengalami benjolan pada kulit kakinya.
Kata Marjoko, dua kambing ternak yang mati terakhir, satu di antaranya dagingnya dibawa pulang oleh kakaknya ke Gunungkidul. Dagingnya lantas disantap beberapa orang di sana.
Marjoko lalu menerima laporan jika kakaknya kemudian dibawa ke rumah sakit. Dia juga mengalami benjolan seperti pemilik ternak berinisial W tadi, namun dokter hanya mendiagnosanya sebagai herpes.
Kakak ipar Marjoko yang ikut mengonsumsi semenrara menderita sakit pusing, panas, serta diare.
"Itu satu yang makan itu mbakyu (kakak perempuan) saya, itu merasakan pusing, panas, diare tiada tara, terus timbul benjolan luka kaya udun tadi. Terus yang satunya lagi istrinya kakak saya, juga timbul benjolan, sekarang nunggu suaminya yang di rumah sakit yang sakit juga ada benjolan, tapi sementara dokter menyatakan herpes," jelasnya.