Bantuan benih itu, sebagaimana Sasongko jelaskan, mayoritas diserahkan kepada para petani di Gunungkidul. Daerah ini, menurut penuturannya, memang menjadi kawasan terparah yang terdampak kekeringan.
"Itu di lahan kering ya, kalau sawah nggak ada. Jadi mengalami kering dan potensi kering. Belum semuanya mati. Itu di Gunungkidul. Untuk wilayah lain belum ada laporan," terangSasongko lagi.
Sementara, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) DIY, Biwara Yuswantara menyebut, cakupan wilayah terdampak kekeringan ini meluas sejalan dengan masih berlangsungnya musim kemarau.
"Kalau meluas itu jelas, artinya semakin lama hari tanpa hujan, wilayah-wilayah yang terkena hari tanpa hujan itu semakin banyak. Dan mereka yang terutama memang berada di kawasan bencana kekeringan, bisa terus berkembang. Itu yang terus menerus diupdate terkait permintaan dropping air," jelasnya.
"Prediksinya memang kita mengacu pada BMKG untuk berapa hari tanpa hujan. Itu kan berarti menjadi potensi untuk kekeringan, puncaknya diperkirakan Agustus," lanjut Biwara.
Mengenai dropping air bersih itu sendiri, kata Biwara, sampai saat ini tercatat baru 3 kabupaten saja yang meminta. Yakni, Sleman, Bantul, dan yang terparah, Gunungkidul.
"Kalau belum mengajukan, berarti mereka masih tercukupi dengan akses air yang ada," pungkasnya.