Penutupan JAFF Market 2025, di JEC Yogyakarta, Senin (1/12/2025) malam. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Selama penyelenggaraan, JEC menjelma menjadi titik temu antara kebijakan dan investasi, antara gagasan kreatif dan strategi bisnis. Para peserta berdiskusi mengenai peluang pendanaan, model koproduksi, serta pengembangan konten yang semakin relevan seiring pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia.
Selain dampak ekonomi mencapai Rp130 miliar, JAFF edisi kedua ini mencatat partisipasi terbesar sejak JAFF Market berdiri. Tercatat hadir 116 exhibitor dan 122 perusahaan, lebih dari 1.431 peserta terakreditasi, 7.784 pengunjung, perwakilan dari lebih dari 14 negara, serta 2.433 lebih pertemuan bisnis yang meliputi sesi pitching, diskusi tertutup, dan pertemuan antara peserta program dan exhibitor.
Keterlibatan lintas sektor juga semakin kuat. Dukungan dari kementerian, lembaga budaya internasional, dan otoritas daerah berpadu dengan meningkatnya partisipasi Perusahaan swasta, BUMN, serta brand teknologi dan konsumen. Kombinasi ini menunjukkan kepercayaan yang kian besar terhadap sektor film sebagai penggerak ekonomi jangka panjang.
Sejumlah mitra kunci tahun ini meliputi Kementerian Kebudayaan (Kemenkebud), Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf), Kedutaan Besar Prancis di Indonesia, Motion Picture Association (MPA), Asian Film Alliance Network (AFAN), Adelaide Film Festival (AFF), CNC, serta berbagai institusi dari sektor keuangan, energi, teknologi, dan konsumer.
“JAFF Market terus berkembang bukan hanya dalam skala, tetapi dalam tujuan. Kami membangun platform yang menghubungkan gagasan dengan pendanaan, talenta dengan kesempatan, dan Indonesia dengan dunia. Apa yang terjadi tiga hari ini membuktikan bahwa industri film Indonesia siap menyambut investasi, regulasi yang lebih kuat, dan kolaborasi yang lebih luas,” ungkap Linda.