29 Siswa Sekolah Rakyat di Yogyakarta Undurkan Diri, Ini Alasannya

- 29 siswa SRMA Yogyakarta mengundurkan diri
- Siswa yang mundur digantikan oleh siswa lainnya
- Alasan siswa mundur antara lain ingin bersekolah di sekolah umum, tidak ingin tinggal di asrama, dan masih ingin bermain dengan teman-temannya di lingkungan biasa
- Durasi MPLS di SRMA dua bulan untuk adaptasi siswa yang berasal dari keluarga kurang beruntung
Bantul, IDN Times - Sebanyak 275 siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) di Yogyakarta mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sejak hari pertama masuk sekolah, Senin (14/7/2025). Mereka terdiri dari 200 siswa SRMA 19 Bantul dan 75 siswa SRMA Sleman.
Namun, sebanyak 29 siswa dilaporkan mengundurkan diri. Apa penyebabnya?
1. Siswa yang mengundurkan diri digantikan siswa lainnya

Kepala Dinas Sosial DIY, Endang Patmintarsih, mengatakan dari total 275 calon siswa yang sudah dinyatakan diterima di SRMA, terdapat 26 siswa yang mengundurkan diri. Setelah itu, kembali ada tiga siswa yang menyusul mundur, sehingga totalnya menjadi 29 siswa yang memutuskan keluar.
"Dari 29 yang mundur kemudian kita ganti siswa lainnya sehingga saat masuk hari pertama sekolah sudah genap 275 siswa," katanya di SRMA 19 Bantul, Senin (14/7/2025).
2. Alasan siswa yang diterima di SRMA mengundurkan diri

Endang menjelaskan, ada beberapa alasan siswa yang sudah diterima di SRMA memilih mundur. Di antaranya karena ingin bersekolah di sekolah umum, tidak ingin tinggal di asrama, atau masih ingin bermain dengan teman-temannya di lingkungan biasa.
"Jadi memang tidak mudah memindahkan siswa dari lingkungannya ke sekolah asrama atau boarding school seperti sekolah rakyat ini," ucapnya.
Karena itu, dalam proses seleksi calon siswa SRMA, perlu ada kesepakatan dan semangat bersama antara orang tua dan anak. Keduanya harus saling mendukung, dan itu tidak mudah.
"Jadi petugas dari Dinas Sosial yang melakukan proses seleksi mempertemukan antara anak dan orang tua serta memastikan saling mendukung. Kan repot kalau anak tidak mau sekolah di SRMA tapi orang tua tetap memaksa anaknya sekolah di SRMA," tandasnya.
3. MPLS di SRMA berlangsung dua bulan

Saat ditanya soal durasi MPLS di SRMA yang berlangsung hingga dua bulan, sementara di sekolah umum hanya satu minggu, Endang menjelaskan bahwa siswa SRMA berasal dari keluarga kurang beruntung dan harus tinggal di lingkungan baru, yaitu asrama. Karena itu, mereka perlu waktu lebih lama untuk beradaptasi, mengenal teman satu asrama, guru, kepala sekolah, hingga pendamping asrama.
Tujuannya agar tercipta kedisiplinan sekaligus memahami aturan-aturan yang berlaku di SRMA.
"Jadi selama MPLS ini para siswa sudah belajar karakter, harus disiplin ini kan juga bagian dari pendidikan," ucapnya.