ilustrasi di ruang operasi (tctmd.com)
Penyakit arteri koroner kemungkinan terjadi karena seseorang merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan memiliki diabetes, resistensi insulin, atau gaya hidup yang salah. Jenis penyakit ini disebabkan oleh aterosklerosis, yang mengurangi lebar arteri besar serta suplai darah ke organ vital, tulis Missouri Heart Center.
Berkurangnya suplai darah ke jantung dapat menyebabkan nyeri dada, serangan jantung, dan bahkan kematian. Penyakit arteri koroner dapat diobati dengan pengobatan dan mengubah gaya hidup. Sayangnya, jika arteri tersumbat parah, operasi revaskularisasi diperlukan. Prosedur ini melibatkan implantasi stent (angioplasti) atau operasi bypass.
Dilansir Cardiology Advisor, komplikasi revaskularisasi koroner meliputi infark miokard perioperatif, curah jantung rendah, aritmia jantung, aritmia atrium, dan komplikasi neurologis. Masalah neurologis ini dapat mencakup masalah penglihatan, masalah dengan perhatian, masalah memori, dan komplikasi neurologis perifer. Salah satu komplikasi terburuk adalah infeksi luka dalam sternum. Seorang pasien juga dapat mengalami insufisiensi ginjal.
Terlepas dari kemungkinan masalah pasca operasi ini, revaskularisasi kardiologi diketahui dapat memperpanjang hidup seseorang. Juga kabar baiknya, hanya 2 persen hingga 3 persen orang yang menjalani operasi bypass jantung meninggal akibat prosedur tersebut.
Bagaimanapun, operasi dimaksudkan untuk memperbaiki atau menyelamatkan seorang pasien yang mengalami kondisi tertentu, tapi bukan berarti operasi itu tidak aman, ya. Ini tentunya sesuai prosedur dan ditangani ahlinya.