Soal Teknologi Tanam Padi China, Ahli Ingatkan Kompleksitas Pertanian

Pemerintah ingin transfer teknologi tanam padi dari China

Intinya Sih...

  • Pemerintah berencana transfer teknologi penanaman padi dari China ke Kalimantan Tengah.
  • Dosen UGM menyoroti kompleksitas pertanian Indonesia, perlu perhatian pada kearifan lokal.
  • Proyek kerjasama RI-China diharapkan dilakukan uji coba terlebih dahulu sebelum diterapkan secara luas.

Sleman, IDN Times - Dosen Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Bayu Dwi Apri Nugroho, menyoroti rencana Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan China dalam mengembangkan teknologi penanaman padi di Kalimantan Tengah.

Rencana itu sebelumnya diungkap oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan usai Pertemuan ke-4 High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) RI Republik Rakyat China (RRC) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, April 2024 lalu.

Bayu berpendapat, secara teori hal ini tentu akan menjadi sesuatu yang menggembirakan karena teknologi pertanian dari China sudah terbukti menghasilkan produktivitas tinggi. Jika terimplementasi secara baik, maka swasembada beras bukan lagi isapan jempol semata.

1. Kompleksitas pertanian, tak bisa generalisir keberhasilan di China

Soal Teknologi Tanam Padi China, Ahli Ingatkan Kompleksitas Pertanianilustrasi padi (pixabay.com/manseok_Kim)

Kendati, Bayu menilai ada kompleksitas sangat besar jika membahas pertanian di Indonesia. Bagi dia, kesuksesan oleh China bukan jaminan keberhasilan penanaman padi di Indonesia.

"Sukses di sana belum tentu akan mendapatkan hasil yang sama di Indonesia, dalam hal ini di Kalimantan Tengah. Ada banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan komoditas pertanian, termasuk kondisi lingkungan seperti iklim, tanah, hama, penyakit, dan aspek sosial masyarakat," kata Bayu dikutip dari laman resmi UGM, Senin (6/5/2024).

Ahli sekaligus pengamat di bidang pertanian, agrometeorologi, ilmu lingkungan dan perubahan iklim itu menyebut jika kearifan lokal dalam sektor pertanian wajib mendapat perhatian.

Kata dia, kearifan lokal ini sangat kental. Contohnya, di sekitar Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang mana dikenal adanya istilah pranata mangsa atau penanggalan Jawa sebagai panduan bagi petani dalam menjalankan aktivitas bercocok tanam.

Bayu menjelaskan, kalender Pranata Mangsa disusun berdasarkan peredaran Matahari dan diwariskan secara lisan. Metode ini bersifat lokal dan temporal, artinya perincian yang dibuat untuk suatu tempat belum tentu atau tidak sepenuhnya berlaku di lokasi lain.

Pranata mangsa ini, lanjut Bayu, umumnya dipakai oleh para petani sebagai pedoman untuk menentukan awal masa tanam.

"Dari sisi cara budi daya juga berbeda, hal ini juga tidak terlepas dari kondisi lingkungan setempat. Sebagai contoh, untuk daerah dengan kondisi tanah gambut yang memiliki pH tinggi atau basa, sehingga untuk menjadikan lahan tersebut bisa ditanami dengan kondisi ideal, harus dilakukan treatment untuk menurunkan pH tersebut menjadi lahan ideal atau standar," paparnya.

Faktor lain, lanjut Bayu, yakni skala yang lebih sempit dalam satu hamparan, di mana antara petak satu dengan petak lain terkadang berbeda. Ia menggarisbawahi soal adanya petak sawah yang lebih atau kurang subur. Ini banyak dipengaruhi cara budi daya petani masing-masing petak.

2. Sarankan demplot untuk uji bibit asal China

Soal Teknologi Tanam Padi China, Ahli Ingatkan Kompleksitas Pertanianilustrasi sawah. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Menyikapi rencana proyek kerja sama RI-China, Bayu berpandangan jika menolak atau membatasi kerja sama dengan negara sangat tidak mungkin dilakukan dalam situasi global dewasa ini. Sekalipun memberlakukan pertanian secara langsung di lahan yang luas tanpa uji coba pada skala demplot juga sebagai langkah tidak tepat.

Hal yang dikhawatirkan adalah kegagalan karena bibit tidak bisa tumbuh dengan baik atau tak mampu menghasilkan produktivitas seperti yang diharapkan.

"Bagaimanapun kondisi lingkungan China dan Indonesia dalam hal ini Kalimantan Tengah memang berbeda," tegasnya.

Oleh karenanya, ia berpendapat sebaiknya proyek penanaman tersebut tidak langsung dilakukan di area yang luas. Namun, bisa dilakukan semacam piloting dengan demontration plot (demplot) untuk pengujian terlebih dahulu guna menguji apakah bibit asal China itu cocok tidaknya dengan kondisi lingkungan dan bisa diterapkan di Kalimantan Tengah.

Bayu berharap banyak pihak ikut mengamati sekaligus menguji apakah bibit dari Cina itu bisa ditanam di Indonesia secara langsung atau justru diperlukan suatu modifikasi supaya bisa ditanam dengan kondisi riil di lahan. Katanya, di sinilah peran akademisi atau lembaga riset dituntut untuk bisa memikirkan dan solusi.

"Jika bibit dari Cina telah diuji dan terbukti dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, serta menghasilkan produktivitas tinggi seperti di Cina, maka tentunya diperlukan peningkatan skala," pungkasnya.

Baca Juga: Kesehatan Reproduksi Meningkat, Indeks Ketimpangan Gender DIY Membaik 

3. Tekan impor beras

Soal Teknologi Tanam Padi China, Ahli Ingatkan Kompleksitas PertanianSeseorang menyusun karungan beras SPHP kemasan 5 kg dalam kegiatan gerakan pangan murah yang dilaksanakan di Gudang Bulog Jakarta, Senin (1/4/2024). ANTARA/Harianto

Sebelumnya, Luhut mengatakan China merupakan negara yang sukses melakukan swasembada beras dan karena itulah ia meminta mereka untuk bermitra dalam hal transfer teknologi pertanian.

"Kami minta mereka memberikan teknologi pagi mereka, di mana mereka sudah sukses swasembada. Mereka sudah bersedia," ucap Luhut seperti dikutip dari akun Instagram resminya, @luhut.pandjaitan, Minggu (21/4/2024).

Luhut menuturkan, kerja sama dengan China itu nanti bakal diimplementasikan untuk menggarap satu juta hektare lahan di Kalimantan Tengah secara bertahap.

Luhut menyebut sekarang ini pemerintah RI masih mencari partner lokal, sementara Bulog sebagai off taker atau pemasok kebutuhan industri ataupun pasar di program itu. Dia berharap proyek bisa dimulai setengah tahun ke depan.

Apabila program ini kelak berhasil, maka menurut Luhut, Indonesia mampu mengurangi impor beras yang belakangan mencapai 2 juta ton dan bahkan bisa ditekan ke level 4 ton hingga 5 ton saja.

Baca Juga: Gelaran Pemilu 2024 Pacu Pertumbuhan Ekonomi Jogja Triwulan I

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya