Dubes Ukraina: Mobilisasi Parsial Upaya Putus Asa Rusia

Sleman, IDN Times - Mobilisasi parsial militer Rusia baru saja diumumkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu (21/9/2022) kemarin, dan langsung berlaku pada saat itu juga.
Putin menegaskan, ia kini menyiapkan sebanyak 300 ribu tentara cadangan untuk ditempatkan di Ukraina. Keputusan itu ditujukan untuk rencana cadangan, dengan adanya pelatihan dan pengalaman dari para warga Rusia.
Selama berbulan-bulan menginvasi Ukraina, Kremlin sempat berjanji tidak akan menggunakan mobilisasi parsial ini. Pengaktifan mobilisasi parsial dilakukan Rusia, saat pasukannya dipukul mundur oleh pasukan Ukraina dari beberapa wilayah.
"Mobilisasi ini berarti adalah upaya putus asa dari militer Rusia," kata Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin di UGM, Sleman, Jumat (23/9/2022).
1. Rekrut kriminal hingga impor amunisi dari Korut
Hamianin menengarai Rusia kini kehabisan tentara hingga harus merekrut kriminal, pecandu alkohol, hingga pemilik utang di bank untuk menginvasi Ukraina. Kondisi persenjataan dan amunisi juga tak jauh beda. Hamianin menyebut Negeri Beruang Merah kini harus mengimpor untuk mendapatkan keduanya.
"Mereka mulai mengimpor drone dari Iran dan amunisi dari Korea Utara. Artinya apa, mereka mulai kehabisan stok," ujarnya menengarai.
Baca Juga: Indonesia Harap Tak Ada Senjata Nuklir di Perang Rusia-Ukraina
2. Ransum kedaluwarsa dan perlengkapan perang kuno
Hamianin meyakini jika Rusia memang tidak siap menginvasi sejak hari pertama mereka menginjakkan kaki di Ukraina Februari 2022 silam. Ia punya serangkaian bukti.
Pertama, adalah temuan ransum kedaluwarsa sejak tahun 2015 milik tentara Rusia. Lalu, perlengkapan kuno yang bahkan mirip era Perang Dunia II.
"Mereka mengenakan kostum tempur jadul dari zaman Perang Dunia II, bukan pakaian tentara modern, bukan model rompi anti peluru," beber Hamianin.
"Memang, pasukan udara, resimen operasi khusus, mereka diperlengkapi lebih baik. Tapi, mayoritas seperti di bawah standar," sambung dia.
3. Percuma kerahkan 1 juta pasukan sekalipun
Hamianin menyebut, Rusia sebenarnya sedang menyiapkan lebih dari 300 ribu pasukan atau setidaknya 1 juta tentara untuk dikirim ke Ukraina. Namun, sekali lagi ia melihat ini adalah wajah keputusasaan Putin.
Selain bukti kurangnya persiapan, Hamianin percaya militer Rusia tak akan mampu bertahan lama di negaranya nanti karena hadangan iklim musim dingin dengan suhu mencapai minus 20-30 derajat Celcius, musim hujan maupun hujan salju.
"Bayangkan saja 300 ribu pasukan tanpa amunisi, perlengkapan, dan persenjataan memadai. Dan tanpa tempat untuk tinggal. Kamilah yang mengontrol wilayah memakai drone dari satelit," sebutnya.
"Kami tahu kalian (Rusia) akan memobilisasi satu juta orang dan kalian akan tamat," lanjut Hamianin tegas.
4. Militer Beruang Merah kian KO
Hamianin bersikukuh menyetop invasi ke Ukraina adalah cara satu-satunya militer Rusia keluar dari ambang kehancurannya sendiri. Tanda-tanda kekalahan Rusia, baginya, mulai nampak nyata.
Ia memberikan sekelumit gambaran perbandingan jumlah korban antara tentara penginvasi dan pasukan pertahanan adalah 3:1 di era perang modern ini. Dengan kata lain, sedikitnya dibutuhkan pasukan penyerang tiga kali lebih banyak dari tentara pertahanan.
"Pada pertempuran Rusia dan Ukraina ini, perbandingan jumlah korbannya adalah 5:1 sejak awal perang lalu," katanya.
Akan tetapi, klaim Hamianin, operasi kontra ofensif di Kharkiv kemarin semakin membuat Rusia terpuruk. Perbandingan jumlah korbannya kini 1:10. Angka satu adalah Ukraina yang bertindak ofensif, dan sepuluh untuk Rusia yang defensif.
"Mereka (Rusia) terbunuh, terluka, tertangkap, atau hilang kabur. Mobilisasi pasukan tak akan berbuah apapun, kecuali protes besar-besaran di Rusia," tandas Hamianin.
Baca Juga: Dubes Ukraina: Invasi Rusia 1 Hari Nihil Korban saat Jokowi Datang